banner 468x60

Ana Amiroh Resmi Sandang Gelar Doktor, Teliti Cara Semangka Tetap Produktif di Daerah Kering

 Kampus
banner 468x60
Ana Amiroh Resmi Sandang Gelar Doktor, Teliti Cara Semangka Tetap Produktif di Daerah Kering

Surakarta (JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP) – Selasa (25/11/2025) menjadi momen penuh kebahagiaan bagi Ana Amiroh, dosen Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan, resmi menyandang gelar Doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji tanpa hambatan berarti. Ujian tertutup yang digelar di ruang Dekanat Fakultas Pertanian UNS itu berlangsung hangat namun penuh ketelitian akademik.

Deretan profesor hadir untuk menguji ketajaman argumentasi ilmiah Ana. Nama-nama seperti Prof. Samanhudi, Prof. Danar, Prof. Ahmad Yunus, Prof. Edi, Prof. Eddy Tri Haryanto, Prof. Supriyono, hingga penguji tamu Prof. Dewi Ratna menunjukkan betapa seriusnya proses pengujian tersebut. Di hadapan para pakar itu, Ana tampil percaya diri, runtut, dan berpegang kuat pada data penelitian yang ia himpun selama ini.

Topik penelitian Ana bukan sekadar isu akademik, tetapi menyentuh langsung problem petani di Indonesia: bagaimana meningkatkan produktivitas semangka di wilayah kering dan panas. Penelitian berjudul “Kajian Amelioratif dalam Meningkatkan Resiliensi Semangka (Citrullus lanatus L.) terhadap Stres Kekeringan di Dataran Rendah” ini mengangkat permasalahan nyata, sekaligus memberikan solusi berbasis bahan lokal yang terjangkau.

Penelitian Ana dilakukan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur—wilayah dataran rendah yang sering mengalami kekeringan panjang. Kondisi ini menjadikan Lamongan sebagai lokasi ideal untuk melihat bagaimana semangka, salah satu komoditas penting hortikultura, mampu bertahan di tengah minimnya air.

Kekeringan tidak hanya membuat tanah cepat retak dan kehilangan kelembapan, tetapi juga menyebabkan suhu tinggi yang memicu stres tanaman. Banyak petani mengeluhkan semangka mereka gagal panen karena tidak kuat menahan kondisi ekstrem tersebut. Tantangan ini yang mendorong Ana untuk mencari inovasi sederhana namun efektif.

Solusi dari Bahan Lokal: Amelioran Organik

Alih-alih menggunakan bahan kimia mahal atau teknologi canggih yang sulit diakses petani, Ana memilih pendekatan yang lebih membumi. Ia meneliti penggunaan amelioran organik seperti pupuk kandang, sekam padi, dan eceng gondok—bahan yang melimpah, murah, dan sering kali dianggap limbah.

Tujuannya jelas: memperbaiki struktur tanah agar mampu menahan air lebih lama, sekaligus meningkatkan kesuburan dan kekuatan tanaman menghadapi stres kekeringan.

Pendekatan ini menarik perhatian para penguji karena relevan dengan kondisi mayoritas petani Indonesia yang bekerja di lahan marginal dan memiliki keterbatasan modal.

Dalam ujian terbuka, Ana memaparkan tiga temuan penting yang membuat para penguji memberikan apresiasi tinggi.

1. Semangka Tetap Bisa Hidup di 25% Kapasitas Lapangan

Secara ideal, tanah dengan 100% kapasitas lapangan adalah kondisi terbaik bagi tanaman. Namun temuan Ana menunjukkan kabar gembira: meski berada pada kondisi sangat kering—hanya 25% kapasitas lapangan—semangka masih bisa tumbuh selama tanah diberi campuran amelioran organik.

Bahkan, retensi air tanah meningkat hingga 38%, angka signifikan untuk tanaman di dataran rendah.

2. Produktivitas Tetap Stabil Meski Tanah Super Kering

Kondisi 25% kapasitas lapangan adalah batas ekstrem. Namun penelitian ini membuktikan bahwa dengan kombinasi organik yang tepat, semangka tidak hanya bertahan hidup, tetapi masih bisa berbuah dengan produktivitas yang layak.

Artinya, kekeringan tidak serta-merta membuat petani harus pasrah pada gagal panen.

3. Amelioran Meningkatkan Kesuburan dan Ketahanan Tanaman

Campuran bahan organik tidak hanya menyimpan air, tetapi juga memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme, dan memperkuat ketahanan tanaman terhadap stres. Dalam kondisi “tercekam”, semangka tetap mampu menghasilkan buah berkualitas.

Temuan ini sangat relevan dengan ancaman perubahan iklim yang membuat musim kemarau semakin panjang dan sulit diprediksi.

Dari Klaten, Pendiri EWRC Indonesia, Eko Wiratno, ikut memberikan ucapan selamat atas gelar Doktor yang diraih Ana Amiroh. Ia menilai penelitian ini sebagai terobosan nyata yang menawarkan solusi langsung bagi petani.

“Selamat dan sukses kepada Dr. Ana Amiroh. Penelitian ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi solusi nyata bagi petani dataran rendah. Semoga hasilnya bisa diterapkan luas di Indonesia,” ujar Eko Wiratno.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa penelitian Ana bukan hanya karya akademik, tetapi kontribusi nyata untuk ketahanan pangan nasional.

Ana berharap temuannya bisa menjadi pedoman bagi petani di dataran rendah, terutama mereka yang selama ini berjuang dengan ketersediaan air yang minim.

Kelebihan penggunaan amelioran organik:

  • Ramah lingkungan

  • Murah dan tidak membebani petani

  • Mudah diaplikasikan tanpa perlu alat khusus

  • Menggunakan bahan lokal seperti pupuk kandang dan sekam padi

  • Meningkatkan produktivitas pada lahan kering

Jika diterapkan secara luas, metode ini bisa menekan risiko gagal panen, meningkatkan pendapatan petani, dan mendorong ketahanan pangan yang lebih kuat di era perubahan iklim.

Perjalanan meraih gelar Doktor bukan hanya pencapaian pribadi bagi Ana Amiroh, tetapi simbol bahwa inovasi besar tidak harus selalu lahir dari laboratorium modern atau teknologi mahal. Dari bahan-bahan sederhana seperti pupuk kandang, sekam, dan eceng gondok, Ana berhasil menghadirkan solusi penuh harapan.

Solusi yang ditawarkan bukan hanya meningkatkan produktivitas semangka, tetapi juga memberikan optimisme baru bagi petani yang selama ini berhadapan dengan kerasnya cuaca ekstrem.

Raihan gelar Doktor bagi Ana Amiroh adalah bukti bahwa ketekunan, kepedulian pada petani, dan keberanian mengangkat isu lokal dapat menghasilkan penelitian yang berdampak nasional. Semoga ilmunya semakin luas manfaatnya dan menjadi inspirasi bagi peneliti-peneliti muda Indonesia.(**)

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan