
Klaten(JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP)- Sate adalah salah satu kuliner paling populer di Indonesia. Dari sate Madura, sate Padang, sate lilit Bali, sate maranggi Purwakarta, hingga sate klathak Yogyakarta, ragam olahan sate menunjukkan kekayaan sekaligus keragaman budaya nusantara.
Melihat besarnya peran sate sebagai kuliner pemersatu bangsa, penggemar sate asal Klaten, Jawa Tengah, Eko Wiratno menggagas ide agar setiap tanggal 15 September diperingati sebagai Hari Makan Sate Nasional.
Menurut Eko Wiratno, sate bukan sekadar makanan, tetapi simbol kebersamaan. “Dalam setiap hajatan, syukuran, atau pesta rakyat, sate hampir selalu hadir. Aromanya yang khas dan cara menikmatinya bersama-sama membuat sate layak dijadikan ikon persatuan,” ujarnya.
Selain sebagai simbol budaya, sate juga memiliki nilai ekonomi yang besar. Menetapkan 15 September sebagai Hari Makan Sate Nasional dapat mendongkrak UMKM kuliner di seluruh Indonesia. “Bayangkan jika setiap tahun masyarakat diajak makan sate bersama. Pedagang sate dari warung kecil hingga restoran akan merasakan dampak positifnya,” tambah Eko Wiratno.
Pemilihan tanggal 15 September juga dianggap tepat. Bulan September adalah masa transisi dari kemarau menuju musim hujan, yang kerap diwarnai pesta panen dan syukuran. “Momentum ini pas dijadikan simbol kebersamaan masyarakat,” jelasnya.
Lebih dari sekadar perayaan kuliner, Hari Makan Sate Nasional juga bisa menjadi ajang diplomasi budaya. Seperti Italia dengan Pizza Day atau Jepang dengan Ramen Day, Indonesia berpotensi memperkenalkan sate ke panggung internasional.
Eko Wiratno berharap gagasan ini mendapat dukungan luas. “Saya membayangkan, suatu hari nanti, setiap 15 September, masyarakat di seluruh pelosok negeri hingga diaspora Indonesia di luar negeri serentak membakar sate. Sebuah perayaan sederhana, tapi penuh makna kebersamaan,” pungkasnya.(**)