banner 468x60

Karier Tanpa Integritas: Cepat Naik, Cepat Lapuk oleh Eko Wiratno, Pendiri EWRC Indonesia

 Desa
banner 468x60
Karier Tanpa Integritas: Cepat Naik, Cepat Lapuk oleh Eko Wiratno, Pendiri EWRC Indonesia

 

Ambisi tidak pernah salah. Yang salah adalah orang-orang yang percaya bahwa menjatuhkan rekan kerja, menjilat atasan, dan memanipulasi opini kantor adalah tiket resmi menuju puncak karier. Sayangnya, di banyak kantor hari ini, trik murahan itu masih terlihat “berfungsi”. Mereka yang paling vokal bermuka dua, sering kali justru mendapat ruang naik lebih cepat.

Riset Harvard Business Review bahkan mengungkapkan bahwa 70 persen karyawan percaya manipulatif-lah yang paling mudah naik jabatan. Ironis, tapi benar adanya. Organisasi yang lemah manajemennya memang rentan “tertipu” oleh aktor berbakat. Dunia kerja kadang memang terlihat seperti panggung teater murahan: yang paling keras bicara dianggap paling pintar, padahal kualitasnya nol koma sekian.

Namun, ada fakta yang lebih pedas: posisi yang diraih lewat cara licik jarang bertahan lama. Reputasi buruk adalah kanker karier. Begitu terdeteksi, kepercayaan runtuh lebih cepat dari sekeping bangunan kartu.

Inilah paradoksnya: banyak orang ingin terlihat kuat dengan menginjak orang lain, padahal justru terlihat kecil, rapuh, dan tidak siap bersaing dengan kompetensi nyata.

1. Kompetensi Menghancurkan Drama dalam Satu Kalimat

Orang yang benar-benar berisi tidak perlu berbusa-busa. Mereka menyelesaikan masalah, bukan memproduksi rumor. Kinerja konsisten adalah mikrofon paling keras berjalan di kantor. Saat rekan lain sibuk memposisikan diri sebagai “yang paling sibuk”, kamu cukup hadir dengan solusi yang bisa diimplementasikan.

Drama itu murah. Solusi itu mahal.

2. Kantor Ingat Siapa yang Menjadi Api, Bukan Penonton Ribut

Di setiap konflik ada dua jenis orang: mereka yang memprovokasi dan mereka yang menenangkan. Dunia profesional mengingat yang kedua. Yang suka membawa bensin ke ruang rapat akan cepat laku di drama serial, bukan di tim berkinerja tinggi.

Ketika politiking menjadi gaya, integritas jadi komoditas langka. Dan yang langka selalu lebih berharga.

3. Pemimpin Tidak Tumbuh dari Racun

Orang yang naik dengan cara menjatuhkan orang lain ibarat tanaman parasit: tumbuh sementara, mengering permanen. Kepemimpinan bukan soal spotlight, tetapi soal kemampuan membuat orang lain ikut naik level.

Jika kamu melatih rekan, membantu tim memahami yang rumit, atau tidak panik saat semua panik, namamu akan muncul di ruang rapat yang tidak kamu masuki.

Itu indikator calon pemimpin, bukan calon beban.

4. Komunikasi Tanpa Strategi Itu Hanya Suara Kosong

Naik jabatan bukan hanya bekerja keras, tetapi mengomunikasikan dampak pekerjaanmu. Orang naif hanya melapor pekerjaan. Orang strategis menceritakan efek domino dari pekerjaannya.

Manager tidak mencari pekerja keras; mereka mencari pembuat keputusan.

5. Konsistensi Mengalahkan Pencitraan

Pencitraan adalah parfum: wangi, tapi cepat hilang. Konsistensi adalah aroma kayu: semakin lama semakin dalam. Datang tepat waktu, pegang komitmen, tidak ikut gosip—ini bukan hal sepele. Inilah batu bata dinding kepercayaan.

Pencitraan menciptakan kesan. Konsistensi menciptakan sejarah.

6. Orang Cerdas Tahu Kapan Diam

Kadang, kualitasmu paling terlihat justru ketika kamu tidak bereaksi. Ketika rekan lain mendapat penghargaan yang masih menyentuh kontribusimu, tahan naluri untuk menyerang. Diam ketika bisa berteriak adalah bentuk kekuatan mental.

Problem orang haus jabatan adalah mereka ingin diakui setiap detik. Padahal orang berkualitas hanya butuh diakui sekali—dan itu cukup untuk seumur karier.

7. Jabatan Tanpa Makna Adalah Kursi Kayu yang Cepat Lapuk

Banyak orang ingin naik jabatan agar dihormati. Ironisnya, semakin keras mengejar respek, semakin sulit didapat. Orang yang bekerja demi dampak, bukan demi kursi, justru lebih cepat dipercaya.

Organisasi modern lebih membutuhkan arsitek sistem, bukan pemburu lencana.

Kebenaran yang Pahit: Kantor Melihat Semuanya

Kamu mungkin bisa menipu manajemen satu kali. Dua kali. Tiga kali. Tetapi organisasi adalah organisme sosial: reputasimu menyebar seperti bau. Dan kabar buruknya, bau busuk menyebar lebih cepat daripada parfum.

Ketika kesempatan emas muncul, HR akan mencari nama yang paling bersih, bukan yang paling keras bicara.

Kebenaran Lebih Pedas Lagi: Posisi Bisa Hilang. Integritas Tidak

Jabatan bisa dicabut, dialihkan, dilupakan. Tetapi integritas adalah investasi yang membangun jembatan ke masa depan. Orang naik dengan cara kotor mungkin bisa duduk di puncak peta organisasi. Tetapi kursinya goyang setiap hari. Sementara orang yang naik dengan kompetensi, dedikasi, dan reputasi bersih akan berdiri kokoh meski politik kantor berubah arah.

Jika Ingin Tahu Siapa yang Akan Bertahan di Puncak, Lihat Caranya Naik

Orang berbakat tidak perlu menjatuhkan orang lain.

Orang kuat tidak perlu berteriak.

Orang kompeten tidak perlu menjilat.

Dan pemimpin sejati tidak pernah naik dengan memukul tangga yang ia panjat.

Dalam dunia kerja hari ini, “bersih” bukan lagi idealisme naif. Itu strategi karier paling cerdas.

Karena pada akhirnya:

Orang yang naik dengan cara kotor menaiki tangga tercepat.
Orang yang naik dengan integritas membangun tangga baru.

Dan yang membangun—akan selalu lebih lama berdiri daripada yang hanya memanjat.(**)

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan