banner 468x60

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN GOLDEN PERIODE PENENTU MASA DEPAN INDONESIA Oleh: Indah Risnawati  Mahasiswa Program Doktor Penyuluhan Pembangunan Peminatan Promosi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta

 Opini
banner 468x60
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN  GOLDEN PERIODE PENENTU MASA DEPAN INDONESIA  Oleh: Indah Risnawati   Mahasiswa Program Doktor Penyuluhan Pembangunan Peminatan Promosi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta

 

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dikenal dengan istilah window of opportunity. Periode emas yang terjadi selama 1000 HPK untuk memperbaiki tumbuh kembang anak secara optimal. 1000 HPK bermula 270 masa kehamilan sejak hari pertama konsepsi lalu terbentuk embrio hingga 730 hari di usia 2 tahun awal anak. Kurang gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan – yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai seorang anak berusia 2 tahun, tidak dapat diperbaiki di masa kehidupan selanjutnya. Kegagalan dalam menangani golden periode ini menjadi salah satu faktor penyebab kejadian stunting.  

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018. Pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun 2024. Itu artinya, kita harus menurunkan prevalensi sebesar 10,4% dalam 2,5 tahun ke depan,  Apa yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan cukup gizi yang dibutuhkan di Periode Emas ini? Pertumbuhan otak terhambat, anak tidak cerdas, pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat, anak menjadi pendek (stunting), anak menjadi lemah dan mudah sakit, anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah nantinya dan setelah dewasa akan sulit mendapatkan pekerjaan atau melakukan pekerjaan dengan penghasilan yang baik seperti yang diinginkannya.

Fokus utama saat ini dalam mengoptimalkan Golden Periode adalah dengan pemenuhan nutrisi, pemenuhan ASI eksklusif, dan sanitasi lingkungan yang sehat. Selain itu 3 fokus pemerintah lainnya adalah pola makan, pola asuh dan sanitasi serta akses air bersih. Pola makan dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Pola Asuh dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.  Sanitasi dan Akses Air Bersih yaitu rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua. Perilaku orang tua sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Keberhasilan dari golden periode ini tidak mungkin lepas dari peran serta orang tua secara langsung, orang tua terutama ibu  harus menyadari betapa pentingnya golden periode sehingga orang tua akan lebih siap untuk menerima kehamilan dan akan memperhatikan kesehatan ibu dan janin sejak hari pertama kehamilan. Pentingnya edukasi oleh tenaga Kesehatan yang diberikan kepada orang tua dalam mempersiapkan kehamilan dan perlunya pendampingan oleh tenaga Kesehatan selama masa kehamilan.

Tidak kalah penting adalah memberdayakan ibu selama masa kehamilan melalui kelas ibu hamil, serta pemeriksaan secara rutin dalam mendeteksi dini adanya komplikasi selama kehamilan. Dalam kelas ibu hamil ini akan diajarkan tentang banyak hal seputar kehamilan dan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kehamilan yang sehat. Selain itu pemberian ASI eksklusif juga menjadi penentu keberhasilan golden periode, melalui ASI eksklusif selama 6 bulan bayi akan mendapatkan cukup nutrisi dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Setelah masa menyusui selesai, akan tiba masa pemberian MP-ASI, masa inilah yang terkadang membutuhkan banyak perhatian. Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini sangat mungkin disebabkan oleh kegagalan pemberian MP-ASI yang tepat, hal ini disebabkan minimnya informasi serta kurangnya edukasi tentang cara membuat MP-ASI sehingga bayi akan lebih banyak mendapatkan makanan yang kurang memenuhi nutrisi.

Program pendampingan dari tenaga Kesehatan memang tidak dilakukan secara intensif sampai dengan anak berusia 2 tahun, namun melalui posyandu, pemantauan dan perkembangan anak seharusnya dapat dipantau secara kontinyu. Ironisnya, angka ibu bekerja meningkat, ibu sebagai pekerja di luar rumah menyebabkan cakupan angka kunjungan posyandu menjadi rendah, bahkan fenomena ibu yang bekerja ini mengharuskan neneklah yang membawa bayi ke posyandu. Di masyarakat terjadi Pergeseran peran yang dapat menyebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak terutama di 2 tahun pertama, padahal masa ini adalah masa yang sangat berharga untuk mengotimalkan potensi anak.

Maraknya sektor industri memang akan berpengaruh terhadap sektor Kesehatan terutama Kesehatan ibu dan anak, program pendampingan pada ibu serta kebijakan yang pro ibu dalam bekerja akan sangat membantu mengoptimalkan golden periode ini, sehingga harapan ke depan anak-anak Indonesia tidak mengalami stunting dan dapat meningkatkan kualitas hidup generasi masa depan.

 

 

 

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan