Dampak Ekonomi
Virus COVID – 19 yang semula diketahui berasal dari bagian kota negara di Tiongkok, dalam beberapa saat menjadi pusat pandemic terjadinya wabah. Data COVID – 19 sampai tanggal 8 Juli 2020 menurut sumber Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus positif terinfeksi COVID – 19 mencapai 68.079 kasus, penambahan pasien meninggal dunia menjadi 3.359 orang, pasien sembuh 31.585 orang. Pandemic ini melululantahkan hampir seluruh bagian negara lain yang terdampak. Dunia seakan lumpuh total dan sebagian negara seakan tidak siap menerima wabah ini. Indonesia secara khusus, tidak luput terkena dampak terhadap seluruh aspek dalam negeri, yang tentunya berdampak terhadap seluruh lapisan ekonomi masyarakat secara global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalalami penurunan di angka 2,1 %. Bank Indonesia sebagai sentral perbankan negara mengalami penurunan hampir sampai 50% dari yang normalnya bisa tumbuh mencapai 5 %.
Pandemi COVID – 19 secara langsung berimplikasi negatif bagi perekonomian dunia dan bangsa. Negara Indonesia adalah negara “small open economy”, struktur ekonomi dualistik yang belum bisa merubah kesenjangan bahkan pertumbuhan kemiskinan menjadi luas. Masalah siklikal terjadinya defisit APBN, defisit X – M, defisit transaksi berjalan, de industrialisasi dini, dan masalah lingkungan. Pendapatan per kapita dari tahun 1989 – 2018 Indonesia 8 kali lipat, angka ini masih dibawah negara Vietnam yang pendapatannya 27 kali lipat dan Cina 34 kali lipat (Stromquist, 2019). Perdagangan internasional Indonesia sampai tahun 2018 mengalami penurunan dari nilai ekspor 169, impor 150 dan produk domestik bruto -1,70, hal ini sama dengan negara Amerika pada tahun 2019 yang berpengaruh negatif pada tingkat gross domestic bruto senilai -2,40 dari nilai ekspor 1576 dan 2,352 pada nilai import ( World Development Report, 2019 ).
Kebijakan Pemerintah
Donald Trumph, Presiden Amerika Serikat (AS) menyalurkan uang kurang lebih 1 trilliun dollar AS untuk stimulus eknomi di pandemik ini. Dia juga menyiapkan dana tunai 500 milliar dollar AS dan 500 milliar dollar lagi untuk bisnis di sektor industri kecil dan menengah. Anggaran 300 milliar dikucurkan juga untuk subsidi pajak bagi perusahaan dan angkatan kerja produktif. Hal sama juga dilakukan oleh China yang lebih dulu terdampak tak kurang dari 2.000 triliun dikeluarkan oleh Beijng untuk membangkitkan perekinomian China dari wabah corona.
Beberapa kebijakan pemerintah mengenai restrukurisasi pembiayaan terdampak Covid – 19, Presiden RI melalui Otoritas Jasa Keuangan memberikan kebijakan relaksasi kredit usaha mikro dibawah Rp 10 Milyar untuk kredit / pembiayaan oleh bank maupun industri keuangan non bank kepada debitur berupa penundaan pembayaran angsuran sampai dengan 1 tahun. Secara umum mekanisme ini berguna untuk menstimulus pelaku industri yang berdampak langsung maupun tidak langsung seperti sektor pariwisata, transportasi, perhotelan perdagangan, pengolahan, pertanian dan pertambangan. Tentunya kebijakan ini berlaku berlaku sepanjang debitur teridentifikasi dampak pandemic ini.
Mekanisme strukturisasi kredit pembiayaan ini, menurut peraturan POJK Nomor 11/POJK.03/2020 diberlakukan mulai 13 Maret 2020 sampai 31 Maret 2021 mengenai penilaian kualitas asset, antara lain dengan cara penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit/pembiayaan dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara. Skema tersebut dilakukan berdasarkan hasil analisa dan identifikasi bank atas kinerja keuangan debitur, yang artinya supaya tidak terjadi salah pilih dalam menentukan pemilihan kebijakan terhadap masing – masing debitur. Jangka waktu restrukturisasi bervariasi dari hasil asesmen dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.
Stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran coronavirus disease ini, dapat menekan timbulnya kredit macet dan gagal bayar debitur dapat dihindari sejak dini. Efek besar yang akan terjadi, ancaman massal PHK dapat diperkecil dan daya beli masyarakat bisa terjaga. Aliran produk supply chain manajemen pun dapat terjaga sehingga masyarakat tetap mampu membeli consumer good untuk kebutuhan hidup layak masyarakat.
Perkembangan Ekonomi
Indikator konsumsi masyarakat mengalami penurunan semenjak terdampak covid, Indeks Keyakinan Konsumen sampai bulan Maret 109,1 turun dari 118 pada Febryari 2020, Indeks Penjualan Eceran (IPR) pada maret 2020 turun 25 % dari tahun ke tahun pada triwulan I tahun 2020 (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2020) Kemampuan masyarakat untuk menabung juga mengalami penurunan, disebabkan perekonomian masyarakat dalam perputaran ekonomi semakin lambat.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia secara global semakin terganggu dalam rantai penawaran global. Dari data Februari 2020, menunjukkan turunnya permintaan masyarakat terhadap konsumsi sehingga keyakinan pelaku ekonomi dalam produksi, seperti Purchasing Manager Index, serrta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam
Angkatan kerja seperti buruh di sektor industri baik skala kecil maupun besar berdasarkan gender juga signifikan, yaitu untuk laki – laki 53,6% dan pekerja buruh laki – laki 46,39%. Selain sektor industri manufaktur, bisnis lain yang sama mengalami penurunan dialami akomodasi/restaurant, manufaktur, pariwisata dan perdagangan.
Secara global perkembangan ekonomi mengalami rata – rata penurunan serentak, ekonomi global diprediksi menurun pada triwulan ke II dan triwulan III 2020 sebelum kembali membaik pda triwulan ke IV 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2021 meningkat didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh oleh beberapa negara tahun 2020, berikut gambar dibawah ini :
Solusi Bisnis Ekonomi Digital
Beberapa bisnis dari pandemic ini memiliki dampak potensial dan kemerosotan pada pola perdaganagan dunia global value chain (GVC), bisnis yang berpotensi mengalami stimulan positif yaitu minyak gas, pertanian, e – commerce, kesehatan farmasi, industri retail proses makanan dan ecer, dan supplier alat – alat kesehatan. Berbanding terbalik dengan kemerosotan di sektor lain seperti pendidikan, pelayanan jasa keuangan, manufaktur, konstruksi dan real estate, otomotif, transportasi lau, darat dan industri pariwisata. E-commerce sebenarnya sudah mampu menarik banyak konsumen di Indonesia bahkan sebelum terjadinya wabah Covid-19.
E-commerce juga merupakan salah satu pendorong utama yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan diprediksi meningkat hingga $130 miliar pada tahun 2025. (ekomomi.bisnis.com). Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak perubahan pada aktivitas perekonomian di seluruh dunia, salah satunya yaitu dapat mempengaruhi struktur GVC yang ada selama ini, sehingga terdorong untuk lebih banyak memanfaatkan teknologi digital. Dalam skala kecil, pandemi COVID-19 juga telah merubah pola bekerja, baik bagi para pelaku usaha maupun masyarakat. Transformasi digital pada perekonomian harus tetap mengutamakan perdagangan bebas.
- Menciptakan koherensi peraturan internasional dalam protokol perdagangan digital dan pajak untuk mendorong penggunaan jaringan pasokan digital.
- Mengembangkan infrastruktur digital, termasuk kapasitas dan konektivitasnya
Beberapa langkah transformasi digital menurut (East Asia Forum, 5 April 2020) :
- Telekomunikasi, Kebijakan social distancing mengharuskan untuk belajar dan bekerja dari rumah, sehingga muncul istilah learn from home dan work from home
- On-demand and delivery food & service,seiring dengan keterbatasan kegiatan usaha menyusul kebijakan untuk melakukan social distancing, para pelaku usaha beralih pada layanan on-demand and delivery untuk makanan dan jasa, dimana kebutuhan konsumen akan diantarkan ke rumah melalui jasa kurir
- Virtual event,Banyak event-event yang dapat dilakukan secara virtual dengan menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu.
Proyeksi Ekonomi Pasca Covid
Pasca berakhirnya pandemic covid 19 perekonomian global diprediksi oleh beberapa pakar ekonomi dan pelaku bisnis, akan pulih pada tahun 2021 menjadi 4,5% persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 4%. Pilihan perekonomian pasca Covid – 19 yang bisa diambil antara lain :
- Perekonomian yang banyak keterantungan, melestarikan kesenjangan,, dikuasai oligarki, dan semakin jauh dari ekonomi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Perekonomian yang mandiri, yang lebih memeratakan dan kesejahteraan bagi semua (Bima Jati & Putra, 2020)
Kebijakan ke arah pemulihan pasca Covid-19 :
- Menciptakan arus perekonomian yang berbasis kerakyatan dan terlatih dalam pendayagunaan teknologi berbasis teknologi.
- Pembangunan kelembagaan dari pemerintah terpusat dan daerah untuk mendorong sektor pertanian, desa dan lingkungan rumah tangga dalam menciptakan ekonomi kreatif. Metoe ABG ( Triple Helix ) yang bisa digunakan
- Penguatan sumber dana daerah kepada pelaku usaha kecil menengah untuk memotivasi dalam menghadapi wabah bencana di kemudian hari.Musuh saat ini adalalah Corona Virus – 19, tetapi musuh kita terbesar saat ini adalah ‘KEPUTUSASAAN’. Keadaan tidak akan berubah tanpa ada perubahan dalam diri sendiri dan lingkungan.
Di tulis oleh Roymon Panjaitan, SE, Ak, MM
Sekolah Tinggi Elektronika dan Komputer (STEKOM)
Jl. Diponegoro, No 3-5, Ungaran, Kec Ungaran, Jawa – Tengah.