banner 468x60

Nurul Faqiriah : Kalimantan Selatan Ditengah Efek Domino Perang Dagang.

 Opini
banner 468x60
Nurul Faqiriah : Kalimantan Selatan Ditengah Efek Domino Perang Dagang.

 

Kalimantan Selatan merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam, terutama batu bara. Batu bara menjadi komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan. Dalam aspek perekonomian daerah batubara telah menyumbang 19-26% dari PDB Provinsi Kalimantan Selatan sejak lima tahun terakhir bahkan tidak hanya menyumbang PDB, sejak lima tahun terakhir batu bara telah berperan penting sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa negara serta dapat mengurangi defisit perdagangan. Tiongkok merupakan negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia. Namun, ditengah tensi perang dagang saat ini menjadi sebuah tantangan bagi kelanjutan ekspor batu bara Kalimantan Selatan.

Perang dagang yang dilakukan Tiongkok dan AS bermula ketika Trump memberlakukan tarif 10-25% untuk barang import baja alumunium, kebijakan ini berlaku untuk semua negara yang merupakan impotir baja ke AS. Namun seiring perkembangannya pada 6 Juli 2018 AS mengeluarkan mengenakan bea tarif 25% untuk produk Import Tiongkok, dan Tiongkok membalas dengan mengenakan bea tarif sebesar 25% terhadap produk Impor AS. Tensi ini terus berlanjut, puncaknya pada akhir 2019 dimana AS mengenakan tarif sebesar US$ 360 Milyar untuk setiap produk Tiongkok yang masuk ke AS dan Tiongkok juga memberlakukan tarif US$ 110 Milyar terhadap produk AS yang masuk ke Tiongkok akibatnya, pertumbuhan ekonomi kedua negara mengalami perlambatan. perekonomian Indonesia juga terdampak, terutama dalam bidang ekspor. Setiap perlambatan ekonomi AS mempengaruhi 0,05 persen ekonomi Indonesia dan setiap perlambatan ekonomi Tiongkok mempengaruhi 0,27 ekonomi Indonesia. Akibatnya hampir seluruh provinsi di Indonesia yang merupakan penghasil dan eksportir SDA ke luar negeri mengalami penurunan. Termasuk Provinsi Kalimantan Selatan.

Sebelum terdampak perang dagang batu bara Kalimantan Selatan menjadi komoditas penting pendapatan daerah. Mengacu pada data BPS Provinsi Kalimantan Selatan pada oktober 2018 berdasarkan golongan ekspor menurut kelompok barang (HS 2 dijit) penyumbang ekspor terbesar adalah bahan bakar mineral (HS27) dengan nilai US$ 654,02 juta, nilai ekspor pada Oktober ini tentu lebih meningkat 0,58% jika dibandingkan dengan September 2018 yang berada pada angka US$650,22 juta, selain itu bahan bakar mineral juga berperan penting dalam peningkatan total ekspor pada Oktober 2018 yaitu mencapai 85,21% dan Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor tertinggi dengan nilai US$283,00 juta. Namun, akibat adanya perang dagang permintaan batu bara menurun bahkan Tak hanya mempengaruhi permintaan, perang dagang juga berakibat pada turunnya harga batu bara. Pada 2019 harga batu bara hanya berkisar sekitar USD65 per ton, ini merupakan penurunan drastis dibandingkan tahun 2018 dimana harga batu bara USD88,3 per ton.

Ditengah memanasnya perang dagang, Gubernur Kalimantan Selatan pada Desember 2019 telah menyatakan bahwa ekonomi Kalimantan Selatan mengalami perlambatan pada Triwulan-III sebesar 3,72% lebih lanjut ia menyatakan bahwa hal ini disebabkan akibat perang dagang dimana Tiongkok merupakan tujuan ekspor batu bara Kalimantan selatan.

Jika dibandingkan dengan Oktober 2018 sebelum perang dagang memiliki dampak yang cukup Masif, tentu nilai ekspor bahan bakar mineral pada Triwulan-III 2019 jauh mengalami penurunan. Kemudian dari segi tujuan Impor Tiongkok masih menjadi tujuan utama namun nilainya mengalami penurunan yang cukup Signifikan. Perlambatan ekonomi akibat menurunnya ekspor ini tentu saja berdampak pada PDRB Kalimantan Selatan, karena selama ini industri batu bara memiliki peran penting dalam berkontribusi bagi PDRB Kalimantan Selatan. PDRB umumnya digunakan untuk pembangunan daerah seperti pemerataan ekonomi, pembangunan insfrastruktur, pembangunan sumberdaya manusia dan lain-lain. Oleh karena itu perang dagang memiliki dampak yang serius terhadap pembangunan daerah Kalimantan Selatan.

Dari sini dapat dilihat bahwa Kalimantan Selatan dan Tiongkok saling memiliki ketergantungan. Nilai ekspor batu bara Kalimantan selatan yang nantinya menjadi sumber PDRB bergantung pada sejauh mana permintaan produksi dari Tiongkok. Sedangkan Tiongkok bergantung pada batu bara Kalimantan Selatan untuk menjadi sumber pembangkit energi. maka dari itu perlu adanya kebijakan dari pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan untuk menjaga stabilitas nilai ekspor batu bara agar tidak lesu ditengah perang dagang.

Pemerintah Kalimantan Selatan telah melakukan intervensi untuk melindungi industri batu bara dengan membuat Rencana Umum Energi Daerah (RUED). RUED ini berisi megenai pembatasan produksi batu bara yang salah satu isi dari RUED ini yaitu pengurangan Produksi batu bara yang semula 150 juta ton menjadi 100 juta ton pertahun, pengurangan ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga batu bara dipasaran. Langkah ini dapat dikatakan cukup efektif untuk menghindari ketidakjelasan harga di pasar global, disampin itu juga dapat mendongkrak pendapatan daerah yang nantinya akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui PDRB meskipun masyarakat tidak merasakan langsung efek dari kebijakan ini namun kebijakan ini secara tidak langsung akan mensejahterakan masyarakat dengan cara efek menetas kebawah atau yang biasa dikenal Trickle Down Effect melalui penyediaan lapangan kerja, pemerataan Pendidikan, pembangunan infrastruktur serta peningkatan sumberdaya manusia.

Namun, langkah lain juga harus diambil untuk meningkatkan PDRB tidak hanya mengurangi produksi batu bara untuk menjaga stabilitas harga dipasaran tetapi pemerintah juga harus mengambil langkah untuk menghentikan ketergantungan terhadap batu bara mengingat saat ini banyak negara-negara yang semula bertumpu penuh pada batu bara sebagai sumber energi pelan-pelan beralih ke energi terbarukan, dan Tiongkok adalah salah satu negara yang pelan-pelan sudah beralih ke energi terbarukan. sekalipun nantinya ekonomi dunia yang terdampak perang dagang akan pulih namun industri batu bara akan tetap mengalami tantangan ditengah menurunnya permintaan terhadap ekspor batu bara karena banyak negara sudah mulai beralih ke energi terbarukan. Pemerintah perlu menggali sektor lain untuk mendongkrak perekonomian Kalimantan Selatan seperti melalui sektor pariwisata, properti . Melalui sektor pariwisata, properti, pengolahan industri dan lain-lain  tentu akan meningkatkan PDRB Kalimantan Selatan.

Penulis : Nurul Faqiriah, Mahasiswa S1,  Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Prodi Hubungan Internasional.

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan