banner 468x60

Dwi Suci Lestariana, S.P., M.P Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Boyolali : Auksin Nabati, Dari Tanaman untuk Tanaman.

 Opini
banner 468x60
Dwi Suci Lestariana, S.P., M.P Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Boyolali : Auksin Nabati, Dari Tanaman untuk Tanaman.

 

 

Tentang Auksin

Hormon auksin adalah salah satu hormon tanaman yang memiliki peran penting bagi tanaman terutama pada  fase awal pertumbuhan. Ada berbagai macam bentuk auksin yang dapat kita jumpai baik yang berasal dari tubuh tanaman itu sendiri (auksin alami) dan juga yang berupa produk sintetis yang kita kenal dengan zat pengatur tumbuh (hasil industri pertanian). Contoh dari auksin alami antara lain IAA (indol asetic acidt), 4-Kloro IAA (asam 4-kloroindoasetat), PAA (phenil acetic acid), dan IBA (indol butyric acid). Sementara itu contoh dari auksin sintetis antara lain NAA (nepthalen acetic acid), 2,4-dichloropenoxyacetic acid (2,4-D), asam-3-amino-2,5-diklorobenzoat (kloramben/amiben), asam-4-amino-3,5,6-trikloro-pikonat (tordon/pikloram).

Auksin alami disintesis tanaman dari dalam tubuh tanaman itu sendiri. Auksin alami yang dikenal dengan nama IAA ini disintesis tanaman dari bagian tanaman yang masih bersifat meristematik, misalnya pada ujung batang, ujung akar, kuncup bunga, serta embrio biji.

Secara umum manfaat atau fungsi dari auksi antara lain (1) mempengaruhi pertumbuhan, deferensiasi, serta perpanjangan dan percabangan akar (2) mempengaruhi perpanjangan batang (3) mempengaruhi perkembangan buah (4) dan mempengaruhi pertumbuhan dominasi apikal.

Produksi Auksin Nabati

Di era sustainable agriculture (pertanian berkelanjutan) sudah selayaknya kita sebagai akademisi ataupun praktisi kegiatan pertanian mampu memanfaatkan bahan-bahan yang telah disediakan alam menjadi produk yang bermanfaat, serta dapat digunakan lagi oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangbiakannya, yang kemudian hasilnya dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Di alam semesta ini banyak sekali produk pertanian yang dapat kita manfaatkan untuk produksi auksin nabati. Bahan tersebut antara lain rebung, kecambah, bawang merah, serta air kelapa.

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Boyolali, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, serta Kelompok Masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Bersemi melakukan kolaborasi penelitian untuk mengetahui respon auksin nabati yang diproduksi sendiri oleh anggota KWT Mekar Bersemi terhadap pertumbuhan sawi hijau. Ada dua tahapan penelitian yang dilakukan. Tahap pertama yaitu produksi atau pembuatan auksin nabati dan tahap kedua yaitu aplikasi auksin nabati pada tanaman sawi hijau yang disertani dengan beberapa perlakuan pembanding lainnya.

Bahan yang diperlukan antara lain rebung, kecambah, bawang merah masing-masing 500 gram, EM 4 100mL, molase 100 mL, Vitamin B1 5 tablet, serta air kelapa 1L.

Alat yang diperlukan adalah blender, jerigen, serta gembor.

Cara membuat auksin nabati adalah sebagai berikut (1) masing-masing bahan rebung, kecambah, bawang merah diblender, kemudian diperas airnya dan ditampung dalam satu wadah penampungan (2) campurkan kedalam lauran hasil perasan dengan EM 4 100 mL, molase 100 mL, vitamin B1 5 tabket, dan air kelapa 1L, yang semuanya diaduk jadi satu sampai larutan tercampur sempurna (3) larutan kemudian dituangkan dalam jerigen tertutup dan didiamkan (proses feremntasi) selama 1 bulan.

Cara menggunakan auksin nabati adalah dengan melarutkan 100 mL auksin nabati kedalam 1L air, diaduk rata kemudian diaplikasikan dengan cara disemprot atau disiramkan ke media tanam.

Hasil Penelitian

Penelitian dirancang dengan rancangan RAKL (rancangan acak kelompok lengkap) yang disusun secara factor tunggal. Ada 3 perlakuan yaitu P1(sawi hijau yang diaplikasikan auksin nabati) P2 (sawi hijau diaplikasikan auksin nabati dan urea) P3 (sawi hijau diaplikasikan urea).

Parameter pertumbuhan sawi hijau yang diamati antara lain rata-rata jumlah daun dan berat segar sawi hijau.

 

Gambar 1. Rata-Rata Jumlah Daun Sawi Hijau

 

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% bahwa kombinasi perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun sawi. Gambar 1 menjelaskan bahwa sawi hijau yang diberi perlakuan urea (P3) memberikan kecenderungan pertumbuhan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan sawi hijau yang diberi auksin nabati (P1) dan sawi hijau yang diberi auksin nabati serta urea secara bersamaan (P2).

 

 

Gambar 2. Bobot Segar Sawi Hijau (gr)

 

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada taraf 5% bahwa kombinasi perlakuan tidak berpengaruh nyata pada bobot segar sawi hijau. Gambar 2 menjelaskan bahwa sawi hijau yang diberi perlakuan urea (P3) memberikan kecenderungan bobot segar sawi hijau lebih rendah dibandingkan dengan bobot segar sawi hijau yang diberi auksin nabati (P1) dan bobot segar sawi hijau yang diberi auksin nabati serta urea secara bersamaan (P2).

Dengan hasil yang tidak berpengaruh nyata ini, serta mempertimbangkan data jumlah daun dan bobot segar pada saat panen, maka dapat diambil kesimpulan bahwa  pemberian auksin nabati bisa direkomendasikan kepada petani yang melakukan budidaya sawi hijau dengan pertimbangan lebih murah, ramah lingkungan, serta mampu menghasilkan jumlah daun dan bobot segar yang cukup tinggi.

 

Gambar 3. Performance Sawi Hijau pada Kombinasi Berbagai Perlakuan

P3-P2-P1 (dari kiri ke kanan)

 

 

 
banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan