
Jayapura- Kemunculan tulisan “Sampai Jumpa” dengan huruf kapital berukuran sangat besar di langit Kota Jayapura seperti sebuah penanda. Konfigurasi raksasa yang dibentuk oleh 500 pesawat nirawak atau drone berukuran berat masing-masing 900 gram di langit Stadion Mandala, Kota Jayapura, Sabtu (13/11/2021) malam menjadi petunjuk bagi berakhirnya seluruh rangkaian Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021.
Presiden Joko Widodo memimpin acara penutupan yang begitu meriah. Kepala negara juga memberi selamat kepada Papua sebagai juara umum baru Peparnas. Seperti dikutip InfoPublik dari rilis resmi Panitia Besar Peparnas XVI Papua, Jumat (12/11/2021) malam, tuan rumah muncul sebagai kekuatan baru di arena olahraga multicabang paralimpik nasional.
Bermodalkan torehan 127 medali emas, 86 perak, dan 93 perunggu, Bumi Cenderawasih tampil sebagai yang terbaik di papan klasemen akhir perolehan medali. Mereka merebut titel juara umum dari tangan Jawa Barat yang tenggelam di Jayapura. Sebuah prestasi luar biasa bagi Papua, mengingat pada Peparnas 2016, mereka baru mampu meraup 34 emas, 21 perak, dan 24 perunggu untuk mengantarkan mereka di urutan kelima.
Bumi Pasundan tak mampu mengulang cerita manis mereka saat berpesta di halaman rumah sendiri saat 2016. Di Jayapura, juara lima kali ini terseok-seok sejak hari pertama Peparnas 2021. Mereka hanya sanggup meraih 110 emas, 92 perak, dan 75 perunggu atau lebih sedikit dibandingkan 2016 saat berjaya dengan 178 emas, 104 perak, dan 74 perunggu.
Di tempat ketiga klasemen medali akhir Peparnas Papua ditempati kontingen Jawa Tengah lewat 89 emas, 92 perak, dan 76 perunggu. Kontingen Jateng pengoleksi lima kali meraih titel juara umum ini belum berhasil menjaga prestasi seperti yang mereka ukir di Bandung, lima tahun lalu. Ketika itu, kendati memperoleh medali lebih sedikit yakni 68 emas, 74 perak, dan 57 perunggu, Jateng mampu finis di urutan kedua.
Prestasi cukup baik ditunjukkan atlet-atlet penyandang disabilitas Kalimantan Selatan. Di Jayapura, mereka mampu mengerek torehan medali kontingennya ke urutan empat besar dengan 41 emas, 43 perak, dan 47 perunggu. Padahal di Bandung, Kalsel hanya berada di daftar enam besar peraih medali. Saat itu torehan medali mereka adalah 33 emas, 23 perak, dan 22 perunggu.
Hal sebaliknya terjadi pada Sumatra Utara, tuan rumah bersama Aceh di Peparnas 2024 mendatang. Torehan medali Sumut di Papua adalah 27 emas, 32 perak, dan 15 perunggu sedangkan di Bandung, mereka sanggup menyapu 38 emas, 38 perak, dan 20 perunggu. Ini membuat Sumut berada di posisi tiga besar saat di Bandung dan melorot ke urutan lima besar di Jayapura.
Dewi Fortuna melingkupi tim ibu kota, DKI Jakarta. Mereka sukses mengerek prestasi di Jayapura dengan 25 emas, 32 perak, dan 41 perunggu untuk membawa DKI berada di urutan enam besar. Torehan ini terbilang baik karena di Bandung kontingen langganan empat kali juara umum Peparnas ini hanya sanggup membawa pulang 15 emas, lima perak, dan 15 perunggu dan terdampar di urutan 11.
Keterpurukan torehan medali menjadi cerita sedih bagi kubu Riau. Laskar Bumi Lancang Kuning ini di Jayapura gagal mengulangi raihan di Bandung lima tahun lalu. Pada Peparnas ke-16 ini, Riau hanya sanggup memboyong 22 emas, 31 perak, dan 36 perunggu untuk meletakkan mereka di urutan tujuh besar. Hal berbeda mereka buat di Peparnas 2016 Bandung saat bermodalkan 36 emas, 43 perak, 44 perunggu sanggup menempatkan diri di empat besar.
Nasib lebih baik dialami Daerah Istimewa Yogyakarta karena mereka mampu memperbaiki peringkat di Jayapura. Bertengger di posisi kedelapan, provinsi tempat Keraton Yogyakarta berada tersebut memperoleh 22 emas, 20 perak, dan 32 perunggu. Ada peningkatan satu peringkat lebih baik dibandingkan saat di Bandung. Saat itu mereka hanya sanggup mendulang 15 emas, 16 perak, dan 30 perunggu.
Saat ini urutan sembilan besar Peparnas Papua diisi oleh Sumatra Selatan dengan 15 emas, 16 perak, 21 perunggu. Provinsi yang identik dengan makanan pempek ini justru turun satu peringkat jika dibandingkan prestasi lima tahun lalu. Di Bandung, Sumsel membawa pulang 24 emas, 20 perak, dan 29 perunggu.
Jawa Timur mengunci daftar sepuluh besar klasemen medali akhir Peparnas Papua lewat 12 emas, 22 perak, dan 13 perunggu atau sama dengan pencapaian di Bandung saat mampu membawa pulang 15 emas, 15 perak, dan 16 perunggu.
Pada klasemen bawah perolehan medali akhir Peparnas Papua masih tersisa enam provinsi nihil emas. Bahkan empat provinsi di antaranya pulang dengan tangan hampa, tak sekeping pun medali mampu diperoleh. Bengkulu, Lampung, dan Maluku Utara gagal menikmati medali emas, hal yang telah mereka lakukan di Bandung. Malut dengan koleksi sekeping perak dan dua perunggu bersama Bengkulu (satu perak), dan Lampung (satu perunggu) berturut-turut ada di urutan 27-29 ketika di Bumi Pasundan.
Kejutan justru dibuat Kalimantan Utara karena setelah berhari-hari puasa kepingan medali di Jayapura, mereka akhirnya mampu merebutnya. Puasa medali seperti ini pernah dialami saat di Bandung, lima tahun lalu. Hasil tak memuaskan justru dialami Sumatra Barat karena di Jayapura mereka gagal mendulang emas, padahal di Bandung ada sekeping emas dibawa pulang ke Ranah Minang.
Secara umum, PB Peparnas Papua berhasil mendistribusikan 553 emas, 548 perak, 550 perunggu kepada 33 kontingen yang mengirimkan atlet-atlet mereka untuk bertarung pada 12 cabang olahraga di 12 venue yang terdapat di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.
Selain itu terdapat 150 upaya upaya pemecahan rekor di Peparnas Papua. Rekor-rekor yang terpecahkan itu terdiri dari 96 rekor Peparnas di cabang atletik, 13 penajaman rekor nasional baru dari cabang angkat berat ditambah 39 rekor baru ASEAN Paragames di cabang renang.
Lebih dari itu, para atlet penyandang disabilitas telah memberikan pelajaran berharga kepada kita semua bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk bisa merebut prestasi terbaik. Mereka sukses menerapkan ungkapan pembakar semangat yang setiap saat digaungkan tokoh paralimpik nasional Senny Marbun.
“Jangan pernah hitung apa yang hilang dari dirimu. Tetapi hitung apa yang masih tersisa dari tubuhmu,” begitu suara tegas Senny yang juga Ketua Komite Nasional Paralimpik Indonesia (NPCI) itu di atas kursi rodanya dari podium kehormatan saat sambutan penutupan Peparnas 2021.
Terima kasih Papua, sampai berjumpa kembali pada Peparnas 2024 di Sumatra Utara dan Aceh. (https://infopublik.id/)