banner 468x60

Ekses Covid 19 Bagi Perekonomian Kita

 Nasional
banner 468x60
Ekses Covid 19 Bagi Perekonomian Kita

Klaten(arwiranews.com) Pandemi  Covid-19 berpotensi besar akan mengubah tatanan ekonomi dunia dengan ditandai berubahnya peta perdagangan dunia. Kinerja perdagangan global dipastikan terganggu akibat lambatnya perbaikan kinerja manufaktur, khususnya di Tiongkok. Di tambah dengan jalur distribusi logistik yang terganggu, dampak kurang menggembirakan mau tak mau akan menerpa perekonomian kita dalam beberapa bulan kedepan,  kata Eko Wiratno Pendiri Eko Wiratno Research and Consulting(EWRC) Senin (27/4) di Klaten, Jawa Tengah.

 

Menurut Eko Wiratno pandemi di Indonesia tidak akan lama. Dengan melihat peran aktif seluruh warga masyarakat, Kasus Covid 19 di Indonesia secepat mungkin segera berakhir. Namun, hal ini tetap dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya menekan penyebarannya. “Jika dibandingkan wabah SARS 2002–2003 yang juga berasal dari Tiongkok, dampak negatif dari merebaknya Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia akan jauh lebih luas,”ungkapnya.

 

Peran Tiongkok Dalam Perekonomian Tanah Air

 

Dalam 5 tahun terakhir, Tiongkok selalu menempati tiga besar mitra dagang utama Indonesia. Sejak 2014, Tiongkok merupakan negara impor dengan nilai terbesar bagi Indonesia. Berdasarkan kategori barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal sepanjang Tahun 2019, makin kelihatan  ketergantungan Indonesia terhadap Tiongkok. Dari ketiga kategori barang yang diimpor oleh negara ini, sebanyak 35% barang konsumsi, 25% bahan baku penolong, dan 40% barang modal.

Dalam investasi langsung, selama 5 tahun terakhir Indonesia menerima aliran investasi Tiongkok  sebesar US$13,2 miliar atau peringkat ketiga terbesar. Selain di bidang investasi, Tiongkok juga memiliki peran besar dalam sektor pariwisata di Indonesia. Dalam kurun 8 tahun, turis Tiongkok meningkat sebanyak 309%, yaitu  511.000 pada tahun 2010 menjadi 2,14 juta pada tahun 2017.

“Namun jika masa pemulihan ekonomi yang dialami Tiongkok lebih lama lagi, asumsi Tiongkok  baru berproduksi kembali di bulan Juli 2020, artinya proses impor baru bisa dilakukan di bulan agustus atau september 2020. Dengan begitu, dampak resesi yang dihadapi Indonesia akan lebih tinggi lagi,” ujarnya. Dampak dari kelangkaan bahan baku ini akan membawa inflasi yang lebih tinggi karena industri manufaktur tidak mampu memenuhi permintaan dan memicu terjadinya shortage. Di sisi lain, dengan inflasi yang tinggi, tentu rumah tangga akan menurunkan konsumsinya. Padahal kontribusi terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini adalah konsumsi rumah tangga.  “Dengan tingkat inflasi tinggi, konsumsi rumah tangga juga turun sejalan dengan daya beli yang juga menurun. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi pun dapat terpuruk lebih jauh,” jelas Eko Wiratno.

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan