Sebelumnya, Pramono pernah menjabat sebagai Panglima Kostrad dan pada tahun 2009 juga pernah menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi. Ayahnya, Letjen TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo, juga merupakan mantan Komandan RPKAD yang turut andil dalam penumpasan pemberontakan G 30 S/PKI.
Pada Mei 2013, karena ia telah memasuki masa pensiun, posisinya sebagai KSAD digantikan oleh Letjen TNI Moeldoko. Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Cimacan, Kabupaten Cianjur, pada 13 Juni 2020 karena serangan jantung.
Karier militer
Dengan latar belakang keluarga yang juga berasal dari militer, perjalanan karier militer Pramono Edhie Wibowo terbilang cukup bersinar. Sebagai lulusan Akademi Militer pada tahun 1980, Pramono Edhie ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha. Setelah menjadi perwira Operasi Grup I Kopassandha pada tahun 1981, pada tahun 1984 Pramono ditunjuk sebagai Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha.
Pada tahun 1995, Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Satu tahun kemudian, Pramono menjabat sebagai Perwira Intel Operasi grup I Kopassus. Bernaung dalam tenda Kopassus, Pramono kemudian menjabat sebagai wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996, dan terpilih menjadi Komandan Grup 1/Kopassus dua tahun kemudian.
Setelah reformasi bergulir, karier Pramono terus berkembang. Apalagi saat Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Pramono terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI), dan kemudian menjabat sebagai Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI 2004.
Karier Pramono terus meningkat, sehingga dia menjadi Wakil Danjen Kopassus pada 2005, Kepala Staf Kodam IV/Diponegoro pada tahun 2007, dan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD pada tahun 2008 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, Pramono menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi serta ditunjuk menjadi Panglima Kostrad (Pangkostrad) pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, Pramono dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI George Toisutta. Inilah puncak karier Pramono Edhie sebelum akhirnya pensiun secara resmi dari militer pada Mei 2013.[6]
Riwayat Pendidikan
- Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) (1980)
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Sesko AD) (1995)
- Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI) (2001)
Riwayat Jabatan
- Komandan Pleton Grup I Kopassandha (1980—1981)
- Perwira Operasi Grup I Kopassandha (1981)
- Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha (1984)
- Dik Seskoad (1995)
- Kasi Ops Grup 1 Kopassus (1994—1996)
- Perwira Intel Operasi grup I Kopassus (1996)
- Wakil komandan Grup 1/Kopassus (1996—1998)
- Komandan Grup 1/Kopassus (1998—2001)
- Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri (2001)
- Dikreg Sesko TNI (2001)
- Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI (2004—2005)
- Wakil Danjen Kopassus (2005—2007)
- Kasdam IV/Diponegoro (2007—2008)
- Danjen Kopassus (2008—2009)
- Pangdam III/Siliwangi (2009—2010)
- Panglima Kostrad (2010—2011)
- Kepala Staf Angkatan Darat (2011—2013)
Karier politik
Setelah pensiun dari dunia militer, ia masuk ke dunia politik, bergabung dengan Partai Demokrat dan menjadi salah satu anggota Dewan Pembina partai sejak Juni 2013. Pramono Edhie Wibowo juga menjadi salah satu kandidat peserta Konvensi Capres Partai Demokrat bersama 10 orang kandidat lainnya. Kesepuluh peserta konvensi lainnya adalah Hayono Isman, Marzuki Alie, dan Sinyo Harry Sarundajang yang merupakan kader partai. Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Gita Wirjawan, Irman Gusman dan Endriartono Sutarto yang berasal dari luar partai. Ia dan Endriartono merupakan peserta yang berasal dari latar belakang militer.
Pada 16 Mei 2014, Partai Demokrat mengumumkan hasil Konvensi Capres, Pramono Edhie Wibowo menempati posisi kedua setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan.
Meninggal
Pramono Edhie Wibowo meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, karena Sakit. Almarhum beserta keluarganya sedang berlibur di Kediaman Ds. Ciwalen Kec. Sukaresmi dan mendadak sakit dengan diagnosa serangan jantung. Demikian disampaikan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Nefra Firdaus dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu malam (13/6/2020).
Penghargaan
Tanda Jasa
- Bintang Mahaputra Utama
- Bintang Dharma
- Bintang Kartika Eka Paksi Utama
- Bintang Jalasena Utama
- Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama
- Bintang Bhayangkara Utama
- Bintang Yudha Dharma Pratama
- Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
- Bintang Yudha Dharma Nararya
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Bintang Kartika Eka Paksi (Ul. I)
- Darjah Utama Bakti Cemerlang (Tentera/Singapura)
- Meritorious Service Medal
- SL. Dharma Bantala
- SL. Kesetiaan XXIV
- SL. Kesetiaan XVI
- SL. Kesetiaan VIII
- SL. GOM VII
- SL. GOM IX
- SL. Ksatria Yudha
- SL. Seroja
- SL. Dwidya Sistha
- SL. Wira Karya
Brevet
- Brevet Komando Kopassus
- Brevet Free Fall
- Brevet Jump Master
- Brevet Gultor
- Brevet Hiu Kencana
- Wing Penerbang TNI AU
- Brevet Tri Media Taifib
- Brevet Denjaka
- Brevet Komando Paskhas
- (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pramono_Edhie_Wibowo)
- Foto : citraindonesia.com