banner 468x60

ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR BAJU DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK BA WALISONGO BOYOLALI

 Nasional
banner 468x60
ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR BAJU DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK BA WALISONGO BOYOLALI

 

ANALISIS PENINGKATAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR BAJU DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA ANAK BA WALISONGO BOYOLALI

Titi Arifah1, Muslikhah2  

1 Pendidkan Guru PAUD, TK Kartini III, Boyolali, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

2 Community Education, Faculty of Education, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Setiabudhi 229, Indonesia.

Email: titiarifah11@gmail.com1 , muslikhah@upi.edu2

 

ABSTRACT

Artikel ini menyajikan hasil penelitian tentang analisis peningkatan n motorik halus melalui kegiatan mewarnai gambar baju dengan metode demontrasi merupakan salah satu aspek penting bagi perkembangan anak. Perkembangan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot halus pada jari dan tangan, meningkatnya penggorganasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf kecil lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di Bustanul Athfal (BA) Walisongo, Boyolali. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis penelitian kualitatif diskriptif. Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Apakah motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan mewarnai gambar baju di BA Walisongo, Boyolali?”. Subjek penelitian adalah 25 peserta didik kelompok B, sedangkan objek penelitian adalah perkembangan motorik halus anak usia dini. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan mewarnai gambar baju dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan motorik halus anak di BA Walisongo, Boyolali dengan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya perkembangan motorik halus peserta didik yang mana pada pra siklus penelitian dapat diketahui peserta didik yang mencapai berkembang sangat baik dari peserta didik yang berjumlah 25 peserta didik.

 

Keywords: Motorik Halus, Metode Demonstrasi, Mewarnai, AUD.


  1. PENDAHULUAN

Bustanul Athfal (BA) Merupakan pendidikan anak usia dini (PAUD) Islam yang berada di bawah naungan departemen agama (Depag) yang juga merupakan realisasi dari program Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini yang ingin menggalakkan BA sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. BA merupakan pendidikan anak usia dini di jalur formal yang sederajat dengan Taman Kanak-kanak, Roudlotul Athfal pada umumnya. Hal ini sesuai peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa pendidikan jalur formal adalah anak usia 4-6 tahun. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini telah mengeluarkan rencana penyusunan kegiatan sesuai Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD khususnya di BA yang didasarkan metrik atau pedoman kegiatan pengembangan anak.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu investasi yang amat besar bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Betapa bahagianya orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam keluarga, dan masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia dini tiddak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya sudah mengakui betapa pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak sejak dini (Slamet Suyanto, 2005). Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini, lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik (Selia, 2015: 286).

Latihan terhadap motorik kasar dan motorik halus perlu dilakukan guna meningkatkan kemampuan dalam melakukan dan mengendalikan gerakan tubuh dan anggotanya secara efektif, yang mencangkup kegiatan untuk melatih koordinasi mata dan tanggan, melatih konsentrasi, koordinasi indra dan anggota tubuh, melatih kepercayaan diri, keseimbangan tubuh, keberanian, kelenturan, dan kekuatan otot serta melatih kesiapan untuk menulis (Romlah, 2016: 6).

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat perkembangan seni anak usia 5-6 tahun yakni melukis dengan berbagai cara dan objek, membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas, plastisin, balok, dan lain-lain). Pada usia prasekolah, kemampuan imajinasi dan belajar seorang anak sangatlah besar. Kegiatan menggambar merupakan sarana yang tepat dan sesuai untuk anak usia Taman Kanak-kanak dalam rangka mengaktualisasikan, mengeskpresikan diri, dan membantu anak untuk mengembangkan serta meningkatkan imajinasi melalui kegiatan mengeksplorasi warna, tekstur, dan bentuk dengan media menggambar yang dituangkan sesuka hatinya, bebas, spontan, kreatif, unik, dan bersifat individual. Masa kanak-kanak merupakan lahan yang subur untuk menumbuhkan kreativitas pada anak. Kebiasaan menggambar dan mewarnai akan memberikan manfaat-manfaat yang tidak terduga untuk anak.

Mewarnai gambar pada anak usia dini dapat dilakukan dengan baik, tentunya dengan bimbingan tersendiri dari pendidik. Pada dasarnya, mewarnai adalah aktivitas yang paling digemari anak-anak, selain membuat hati mereka senang, kegiatan ini memiliki banyak manfaat untuk anak usia dini seperti melatih aspek visual, mengembangkan daya imajinasi, melatih konsentrasi serta melatih motorik (Erlangga, 2018: 1). Perkembangan motorik anak usia dini harus diasah terus menerus salah satunya dengan cara memberikan latihan-latihan menggambar dan mewarnai. Dari hal tersebut diperlukan analisis peningkatan kemampuan fisik motorik halus melalui kegiatan mewarnai gambar baju dengan metode demonstrasi pada anak BA Walisongo, Boyolali. Dengan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan mewarnai gambar baju di BA Walisongo, Boyolali?”.

 

 

  1. KAJIAN LITERATUR
    • Fisik Motorik Halus

Apabila kita berbicara tentang fisik maka biasanya tergambar dalam pikiran kita adalah sebuah jasad atau tubuh. Namun pembahasan ini terkait dengan Pendidikan Anak Usia Dini, masalah fisik tidak terbatas pada tubuh atau jasad, tetapi menyangkut keterampilan-keterampilan gerakan (motorik) yang dapat dilakukan oleh tubuh dan anggota tubuh serta bagian tubuh paling vital, yaitu otak dan sistem saraf. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komplek dan sangat mengagumkan, dan dibentuk sejak dalam kandungan (Winda Gunarti, 2011: 30). Kuhlen dan Thomson dalam (Winda Gunarti, 2011) mengemukakan bahwa perkembangan fisik seorang anak manusia meliputi 4 aspek: (a) sistem saraf otak; (b) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan perkembangan motorik; (c) Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru; (d) Struktur tubuh atau fisik yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

Motorik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang bersangkut paut dengan gerakan. Sedangkan Eka Rianti (2017: 553-560) menyamakan motorik dengan gerakan. Gerakan yang pertama, dikenal sebagai keterampilan gerakan atau motorik kasar. Yang kedua dikenal dengan motorik halus. Motorik kasar adalah keterampilan-keteramplan yang melibatkan koordinasi otot-otot besar. Sedangkan motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan koordinasi otot-otot kecil Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu karena itu pula masa ini disebut dengan masa bermain.

 

  • Pengertian Seni

Hajar Ramadhi dan Evan Sukardi (2008) mendefisinikan seni sebagai kegiatan berkarya seperti menyusun benda-benda dilingkungan sekitar anak atau mengubah fungsi benda menjadi permainan atau mengubah fungsi menjadi permainanatau mencoret dan menggambar di dinding maupun lantai dapat digolongkan sebagai seni anak, Karena anak ingin bermain dan berkomunikasi dengan pihak lain. Bentuk tersebut mewakili ide dan gagasan secara konstan.

Menurut Luluk Asmawati (2010) program pendidikan seni yang dapat mengarahkan anak pada kegiatan-kegiatan seni yang berkualiatas akan menciptakan pengalaman-pengalaman berharga bagi anak. Pengalaman-pengalaman ini akan menumbuhkan percaya diri dan sikap positifinisangat penting artinya bagi perkembangan anak dalam mencapai tahap yang optimal.

 

  • Pengertian Mewarnai

Mewarnai merupakan kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kemampuan-kemampuan menggunakan alat serta melatih motorik halus anak.Motorik halus anak ini akan menjadi dasar kemampuan yang sensitif anak terhadap gelala-gejala yang melingkupi kehidupan anak baik masa anak maupun setelah dewasa yang berkaiatan dengan ketelitian akan berkarya Mereka akan mudah cepat tanggap terhadap apa yang terjadi pada lingkungan sekelilingnya sehingga mereka akan terampil menyesuaikan diri dalam merespon gejalanya. Kemampuan tersebut harus dikembangkan agar kelak dapat menunjang kegiatan mengakses gejala sekelilingnya yang pada akhirnya dapat mengimplementasikan dengan disiplin keilmuwan lain (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, 2011: 3).

Pengertian Mewarnai adalah pemilihan warna, melatih anak menanamkan sikap untuk memeili warnayang anggap mereka bagus dan ia sukai sebagai awal penanaman sikap anak terhadap apa yang ia hadapi. Menyusun warna adalah dapat melatih nilai-nilai perbandingan yang bersifat rasa antara satu dengan yang lainnya. Menuangkan warna dalah tindakan fisik anak dimana anak melakukan gerakan mengoles dan mengendalikan gerak tangan.

 

  • Teknik Mewarnai

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mewarnai gambar yang dimaksud adalah bukan mewarnai gambar objek benda yang telah dirancang oleh penggambar, lalu anak tinggal menentukan warna objek gambar disini adalah mewarnai gambar yang telah dirancang yang nantinya gambar tersebut akan dipadukan dengan gambar yang lain sebagai satu kesatuan (misalnya gambar mobil dipadukan denga latar belakang dimana mobil itu biasanya berada, yaitu melaju dijalanan). Gambar latar belakang mobil diantaranya suasana perkotaan yang digambarkan dengan gedung-gedung, walaupun gambarnya sederhana. Untuk mewarnai gambar guru harus bijak dan mengacu pada kreatifitas, emosi, dan imajinasi anak. Contoh: apabila anak dihadapkan dengan gambar pisang yang belum diwarnai, bukan berarti anak harus mewarnai pisang dengan warna kuning (karena pisang warnanya kuning). Tetapi guru harus ingat ekspresi, emosi, dan rasa ingin mencoba yang lain bagi anak untuk mencoba bahwa pisang diberi warna merah. Diharapkan guru memberikan toleransi yang cukup kepada anak untuk hal-hal seperti ini. Pada waktu anak sangat riang bukan tidak mungkin anak akan mewarnai pisang dengan warna merah. Jika anak sedang marah, kecewa maka bukan tidak mungkin anak mewarnai pisang dengan warna hitam, merah dan lain- lain (Hajar Pamadhi, dan Evan Sukardi, 2011: 3).

 

  • Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang di ikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai suatu metode untuk memperagakan serangkain tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian (Winda Gunarti, 2011: 93).

Menurut Muhibbin Syah dalam (Winda Gunarti, 2011: 93) Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam (Aghnaita, 2014: 219-234) metode demonstrasidalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatubenda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Melalui metode demonstrasi guru, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melalui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu.

  1. METODE

Metode deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Menurut Nazir (2014) penelitian deskriptif meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang diteliti. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 73), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi kepustakan/ dokumentasi. Sedangkan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Arikunto (2006), purposive sampling adalah teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2016: 317) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada guru BA Walisongo, Boyolali. Susan Stainback dalam (Sugiyono, 2016: 318) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi. Menurut Marshall dalam (Sugiyono, 2016: 310) menyatakan bahwa, “through observation, the researcher learn behavior and the meaning attached to those behavior”. 

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam melakukan observasi, peneliti mengamati jalannya kegiatan mewarnai gambar baju dengan metode demokratis anak BA Walisongo. Studi pustaka, menurut Nazir (2014: 93) teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan prakteknya di lapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing di internet, membaca berbagai literatur, hasil kajian dari peneliti terdahulu, catatan perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang relevan.

  1. TEMUAN

Berdasarkan data tabulasi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan fisik motorik halus melaui kegiatan mewarnai baju merupakan suatu kegiatan untuk mengembangkan fisik motorik halus yang bersifat aktif dan menyenangkan. Kegiatan yang dilakukan BA Walisongo dalam mengembangkan fisik motorik halus berharap dapat mencapai tingkat pencapaian perkembangan anak sesuai dengan Permendikbud 137 tahun 2014 tentang standar PAUD yaitu mengkoordinasikan gerakan tangan dan mata untuk melakuakan gerakan rumit. Mewarnai, menggunting, menempel, dan melipat merupakan kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kemampuan-kemampan menggunakan alat serta melatih motorik halus anak. Motorik halus anak akan menjadi dasar kemampuan yang sensitif anak terhadap gejala-gejala yang melingkupi kehidupan anak baik masa anak maupun setelah dewasa yang berkaitan dengan ketelitian berkarya.  Mereka akan mudah dan cepat tanggap terhadap apa yang terjadi pada lingkungan sekelilingnya, sehingga mereka akan tampil menyesuaikan diri dalam merespon gejalanya. Kemampuan tersebut harus dikembangkan agar kelak dapat menunjang kegiatan skolastik mereka, dari sikap sensitif dan tanggap maka anak akan mudah mengakses gejala sekelilingnya yang pada akhirnya dapat mengimplementasikan dengan disiplin keilmuan lain (Pamadhi Hajar, dan Evan Sukardi, 2011: 73).

Secara umum BA Walisongo sudah mempunyai kegiatan pengembangan yang baik, terarah dan sejalan dengan teori pengembangan fisik motorik halus, sehingga kegiatan yang dilakukan meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak. Kegiatan ini untuk mengembangkan   fisik motorik halus anak.

Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot melalui kegiatan mewarnai dengan metode demokratis memberikan rangsangan untuk berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dapat dilihat dari dua hal seperti berikut: (a) Keterampilan atau gerakan kasar dari kegiatan berjalan dari tempat duduk untuk mengambil alat yang digunakan dalam kegiatan mewarnai gambar baju; (b) Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menarik garis, menggambar, memotong, dan mewarnai. Kegiatan tersebut mampu meningkatkan kemampuan motorik anak usia dini BA walisongo, Boyolali. Tahapan tersebut dapat dijadikan petunjuk bagi orang-orang disekitar anak untuk mengetahui sampai dimana perkembangan motorik anak. Apabila dalam tahapan tersebut anak berada pada posisi tengah-tengah maka orang-orang disekitarnya akan mudah mengetahui dan akan mengambil tindakan selanjutnya untuk menstimulasi lagi agar mengalami peningkatan yang cukup baik. Di samping tahapan perkembangan motorik perlu dipahami maka untuk lebih meningkatkan lagi agar anak mencapai perkembangan motorik yang maksimal orang tua maupun pendidik perlu mengetahui tentang program perkembangan keterampilan motorik berdasarkan kronologi usia (Yuliani, 2007).

  1. CONCLUSION

Berdasarkan hasil penelitian di BA Walisongo, Boyolali maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. BA Walisongo dalam program pengembagannya mencakup lima bidang pengembangan yaitu kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan nilai-nilai agama.
  2. Pengembangan fisik/ motorik dicapai melalui kegiatan mewarnai.
  3. Lingkungan kelas ditata sedemikian rupa untuk mendukung pencapaian kemampuan lima bidang pengembangan terutama fisik/ motorik.

REFERENCES

Aghnaita. (2017). Perkembangan fisik-motorik anak 4-5 tahun (kajian konsep perkembangan anak) Al-Athfal. Jurnal Pendidikan Anak, 3(2): 219-234.

Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmawati, Luluk. (2010). Pengelolaan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Eka Rianti. (2017). Identifikasi Motorik Halus Anak 5-6 Tahun di Gugus Dewi Sartika Purwokerto Timur Banyumas. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6 (6), 553- 560.

Erlangga Bagus Sulistyo. (2018). Panduan Lengkap Mewarnai dengan Krayon. Jakarta: Cikal Aksara.

Gunarti, Winda. (2011). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kurnia, Selia Dwi. (2015). Pengaruh kegiatan painting dan keterampilan motorik halus terhadap kreativitas anak usia dini dalam seni lukis. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(2),272-286.

Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Ramadhi, Hajar, dan Sukardi, Evan. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Romlah. (2017). Pengaruh motorik halus dan motorik kasar terhadap perkembangan kreatifitas anak usia dini. Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 02(2), 131-137.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke-24. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyanto, Slamet. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising.

Yuliani. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universita Negeri Jakarta: Jakarta.

 

 
 
banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan