
UPAYA MENIGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR BEBAS MELALUI MELUKIS DINDING PADA KELOMPOK B DI TK DHARMA PUTRA KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI
WAHYU RAHMAWATI, S. Pd.AUD
Pendidkan Guru PAUD, TK Dharma Putra, UPT DIKNAS LS Kec. Karanggede, Kab. Boyolali,
Jawa Tengah, Indonesia.
ABSTRACT
Sejak usia dini anak sudah dikenalkan menggambar. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas anak dalam menggambar dapat ditingkatkan melalui melukis dinding pada anak didik kelompok B TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Prosedur penelitian mencakup tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B terdiri dari 15 anak yang terbagi menjadi 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan instrument pengumpulan data. Data di analisis secara diskriptif kuantitatif dengan dua siklus yang setiap siklusnya dilakukan lima kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan pada kegiatan pra siklus sebagai hasil tindakan awal hanya 22 % atau 3 anak yang kreativitasnya tergolong baik. Pada Siklus I mencapai 52 % atau 8 anak pada pertemuan ketiga. Pada siklus II mencapai 87% atau 13 anak dari 15 anak. Oleh karena itu melukis dinding merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini.
Keywords: Menggambar bebas, Melukis dinding, Kreativitas
- PENDAHULUAN
Sejak usia dini anak sudah dikenalkan menggambar. Dalam pembelajaran di TK kebanyakan guru kurang memperhatikan hasil belajar anak terhadap pembelajaran yang satu ini. Guru sering menggunakan menggambar sebagai pembelajaran relaksasi pada anak tanpa memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati hasil karya anak dalam pembelajaran menggambar terkesan tanpa arahan.
Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan oleh anak merupakan kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara, dan bercerita kepada orang lain. Kegiatan menggambar bersamaan dengan
kegiatan orang lain seperti memilih dan mengenakan pakaian yang dilakukan oleh anak. Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak bisa menata benda-benda disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak, maka pendidik perlu segera mendidik dan membimbingnya.
Ditjen Dikdasmen (2006), tentang standar kompetensi kelompok B, menyebutkan bahwa anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kemudian dalam hasil belajar anak, diharapkan agar dapat menggambar sederhana dengan berbagai media seperti arang, kapur, crayon, pensil warna, pastel dan lain-lain. Untuk saat ini tuntutan dari kurikulum tersebut belum bisa direalisasikan di TK DHARMA PUTRA.
Khusus dalam pembelajaran menggambar di TK DHARMA PUTRA, anak masih kurang kreatif dalam menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak dalam menggambar. Coretan yang dihasilkan anak masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap pengerjaan tugas menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja. Selain itu ketika anak diberikan tugas untuk mengambar suasana kelas sering ramai, anak sering jalan-jalan sendiri dan tidak serius dalam menggambar.
Sesuai dengan metode-metode pembelajaran di TK yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kreativitas, maka berati kreativitas itu bisa tampil dini dalam kehidupan anak dan terlihat pada saat ia memperlihatkan coretan-coretan tangan pada sebuah buku atau benda-benda yang dapat anak beri gambar sesuai imajinasi yang ia bayangkan. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara menggembirakan hatinya.
Melihat kondisi yang seperti ini penulis mencoba meningkatkan kreatifitas anak dalam menggambar melalui kegiatan melukis dinding. Kepada anak akan diperlihatkan bentuk asli dalam pembelajaran menggambar. Pendekatan ini dirasa perlu diterapkan untuk mengganti metode konvensional dalam pembelajaran menggambar di TK DHARMA PUTRA.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengembangan di TK DHARMA PUTRA Karanggede Kelompok B, ditemukan masalah yang berkaitan dengan pengembangan khususnya kekreativitasan anak dalam menggambar bebas yang sangat kurang berhasil. Ketidakberhasilan itu disebabkan beberapa hal, antara lain adalah: pertama, dari 15 anak yang mampu menciptakan kreasi hanya 3 anak, sedang 12 anak belum berani mengekspresian imajinasinya dalam bentuk gambar. Kedua, media yang kurang menarik meyebabkan anak enggan berkonsentrasi terhadap penjelasan guru. Ketiga, guru kurang memberikan kesempatan anak untuk bertanya dan bereksplorasi sehingga ide anak kurang berkembang.
Berdasrkan latar belakang maslah tersebut di atas, penulis berupaya: “Upaya Meningkatkan Kreativitas Menggambar Bebas Melalui Melukis Dinding Pada Kelompok B Di TK DHARMA PUTRA Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyoali”.
- 2. METODE
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas rangakaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang (Arikunto, dkk (2008: 78)). Empat utama yang ada pada setiap siklus, yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Teknik/ analisis data dalam PTK adalah interpretif data mengenai fenomena yang diteliti dilapangan kemudian merefleksinya untuk melakukan tindakan yang lebih baik lagi.
Penelitian pembelajaran dilaksanakan di kelompok B TK Dharma Putra Desa Sendang Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Anak didik kelompok B terdiri dari 15 anak yang terbagi menjadi 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sekolah terletak di Dalam Perkampungan yang penduduknya bekerja sebagai petani. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya kurang dan motivasi belajar anak rendah. Disamping itu fasilitas belajar di sekolah juga kurang memadai. Peneliti adalah guru Kelompok B TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali dan pengamat adalah Ibu PARSI, S. Pd.AUD selaku Kepala Sekolah TK Dharma Putra.
Teknik dalam penelitian ini juga menggunakan Teknik analisis deskriptif kualitatif tindakan kelas dengan 2 siklus. Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dan tindakan mengajar dengan bermain centra. Pengambillan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
- 3. TEMUAN
- Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Prasiklus
Penyebab keterlambatan kemampuan kreatifitas anak adalah kurangnya perhatian dari guru sehingga tidak berkembang secara optimal akan tetapi penyebab tersebut dapat diatasi dengan metode menggambar bebas pada dinding yang akan membuang rasa jenuh anak pada saat pembelajaran sehingga mereka bosan. Bermain menggambar bebas pada dinding akan menghasilkan sesuatu yang baru bagi anak untuk mengetahui kreatifitas anak di TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.
Keadaan Anak-anak di TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali yang peneliti temukan adalah 1) Anak belum dapat menyebutkan membedakan warna dengan baik, 2) Anak belum dapat memanipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk menggunakan berbaggai media, 3) Anak belum kreatif, 4) Anak belum bisa mengekspresikan diri dengan berkarya seni.
Kondisi seperti ini wajar karena anak-anak hanya senang bermain dengan sesuatu yang disukainya. Oleh karena itu peran guru pengajar menjadi tolak ukur peningkatan kemampuan kreativitas anak-anak dengan teknik pengajaran yang menyenangkan dan mampu untuk menstimulus anak didik untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak melalui kegiatan menggambar bebas pada dinding. Dengan demikian diperlukan pengajaran yang beroientasi pada peningkatan kemampuan kreativitas anak didik dengan menggunakan media krayon untuk menggambar bebas pada dinding, dan metode pengajaran yang berulang-ulang agar kemampuan dan daya cipta anak-anak terbentuk.
Berdasarkan data hasil pembelajaran Pra Siklus yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali kreatifitas anak sebelum menggunakan media metode pembelajaran menggambar bebas di dinding diperoleh data sebagai berikut :
- Sebanyak 4 anak yang mampu menyebutkan nama warna.
- Sebanyak 8 anak yang mampu mengenal bentuk benda yang dilihat.
- Sebanyak 3 anak yang mampu menciptakan gambar
Sebagaimana dapat dilihat pada persentase tabel berikut ini:
Tabel 1.
Persentase Hasil Pembelajaran Pra Siklus
No |
Kategori |
Frekuensi |
Presentase |
1 |
Kurang ¡ |
8 |
48% |
2 |
Cukup ü |
4 |
30% |
3 |
Baik |
3 |
22% |
Jumlah |
15 |
100% |
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti dan guru merasa perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan kreatifitas. Untuk itu peneliti berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan di TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan deskripsi data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar anak pada kondisi awal tergolong rendah, karena terdapat sebanyak 7 anak atau 50% anak kurang mampu menyebutkan nama-nama warna dan bentuk benda.
- Hasil Penelitian Siklus I
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan di TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah terutama hal-hal yang akan dilakukan pra kegiatan pelaksanaan kegiatan tindakan Siklus I. hal-hal yang didiskusikan antara lain:
- Peneliti menyamakan persepsi dengan kepala sekolah dan guru kelas mengenai penelitian yang akan dilakukan.
- Peneliti mengusulkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas anak melalui kegiatan menggambar bebas di dinding pada anak.
- Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Pada waktu berdiskusi disepakati bahwa peneliti sebagai pelaksana tindakan dan kepala sekolah sebagai kolaborator. Alokasi waktu di setiap pertemuan selama 60 menit. Adapun tindakan dalam siklus pertama akan dilaksanakan tiga kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Perencanaan
Adapun beberapa hal yang direncanakan dalam siklus I yaitu: peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan digunakan yaitu bentuk-bentuk geometri dan peneliti mengkondisikan kelas. Dimana peneliti, kolaborator dan kepala sekolah serta guru kelas sebagai pendamping dan observatory. Peneliti membuka pelajaran dengan salam, do’a dan menyanyikan lagu “pelangi-pelangi”. Dalam kegiatan ini Peneliti menyebutkan nama-nama warna dan anak-anak menirukan, kemudian peneliti meminta anak untuk mengkasifikasikan bentuk benda sesuai bentuknya atau sejenis.
Peneliti dibantu oleh kepala sekolah dan guru kelas mengamati aktifitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran terutama dalam perhatian dan kemampuan anak dalam merespon kegiatan yang peneliti ajarkan untuk mengelompokkan warna yang sama atau sesuai dengan bentuknya atau sejenis. Untuk kegiatan terakhir peneliti mencoba merangsang anak dengan pertanyaan tentang nama-nama bentuk benda yang di tunjukkan. Untuk menutup kegiatan ini peneliti dan anak menyanyi “Balonku ada lima”.
Secara umum proses pembelajaran pada siklus I seperti yang tersebut di atas dilakukan dalam 3 pertemuan, akan tetapi pada tiap-tiap pertemuan peneliti memberi fariasi permainan dengan tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak serta agar anak didik tidak merasa jenuh mengikuti pembelajaran ini. Adapun fariasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut :
- Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media gambar bentuk untuk memberikan penjelasan pertama pada anak supaya dapat mengenali beberapa bentuk.
- Pada pertemuan kedua peneliti mengajak anak untuk keluar kelas untuk melihat bentuk-bentuk benda nyata yang dilihat secara langsung.
- Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang kedua yaitu mengajak anak untuk keluar kelas melihat benda namun langsung di gambar di sebuah kertas sebelum di praktekkan ke didnding untuk di gambar.
- Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan pertama peneliti masuk ke dalam kelas B yaitu kelas tempat anak-anak belajar. Peneliti membuka kegiatan dengan tepuk spirit kemudian do’a, salam dan lagu “assalamu’alaikum”. Pada pertemuan ini peneliti mengajak semua anak TK Dharma Putra Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali yang berjumlah 15 anak dengan kegiatan sebagai berikut :
- Kegiatan awal
- Berdo’a dan salam
- Bernyanyi bersama, tepuk semangat dan berbagi cerita
- Kegiatan inti
- Bercakap-cakap tentang benda-benda yang ada di sekitar.
- Anak mendengarkan penjelasan guru tentang nama-nama bentuk benda.
- Dengan bimbingan dan pengawasan guru anak menggambar bebas pada dinding.
- Bersama guru anak mengumpulkan hasil karya.
- Kegiatan penutup
- Recalling, membahas kegiatan dengan materi warna dan bentuk yang dilaksanakan tadi.
- Menanyakan apakah anak senang dengan kegiatan tersebut.
Sebagai pembuka peneliti yang bertindak sebagai guru membuka kegiatan dengan salam, bernyanyi dan berdo’a. sebelum belajar peneliti menyebutkan media yang digunakan untuk belajar. Selanjutnya peneliti memulai dengan menyebutkan nama-nama bentuk dan warna. Setelah guru selesai menyebutkan nama warna dan bentuk, peneliti menujnukkkan warna dan bentuk kepada anak dan menyuruh anak-anak untuk menyebutkan nama-nama warna dan bentuk tersebut. Dalam kegiatan mengulas ini, peneliti memberi kebebasan terhadap anak untuk menjiplak bentuk. Dari kegiatan ini peneliti, kepala sekolah dan guru kelas dapat melihat kemampuan kreatifitas anak yang di tunjukkan dalam hasil karyanya. Paparan tersebut di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:
Pertemuan pertama, sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas pada setiap pertemuan peneliti dan guru sepakat untuk memberikan fariasi agar anak-anak tidak merasa bosan dan suasana kelas lebih menyenangkan, sehingga hasil yang dicapai pada pertemuan pertama ini adalah 26% atau 4 anak.
Pada pertemuan kedua, peneliti mencoba memvariasikan warna media yang digunakan yaitu dengan media yang sama namun dengan warna yang berbeda setiap bentuknya. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif, anak lebih aktif dalam mengelompokkan bentuk geometri. Kemampuan anak pun meningkat dari yang pertemuan pertama 26% atau 4 anak menjadi 39% atau 6 anak.
Untuk pertemuan ketiga, tidak menunjukkan peningkatan kemampuan kreatifitas yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan kemampuan kreatifitas dimana pada pertemuan kedua mencapai 39% atau 6 anak sedangkan pertemuan ketiga sebesar 52% atau 8 anak.
- Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kreatifitas anak selama bermain ragam bentuk geometri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala sekolah dan guru kelas diperoleh hasil sebagai berikut:
- Lembar pengamatan
Bersama-sama guru, peneliti mengamati cara kerja semua anak yang masih merasa bingung saat menggambar sehingga guru harus meyakinkan mereka bahwa menjiplak bentuk tidak harus tergesa-gesa.
- Hasil karya yang dikumpulkan anak-anak belum memuaskan.
- Pada pertemuan kedua anak sudah bisa beradaptasi dan mulai terbiasa.
- Dari hasil pengamatan diperoleh sebagai berikut:
Hasil yang dicapai setelah mendapat tindakan pada siklus I ini terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 26% meningkat menjadi 52% yang berarti kemampuan kreatifitas anak dalam kategori kurang, sebagaimana dapat dilihat pada persentase tabel berikut ini:
Tabel 2.
Persentase Hasil Pembelajaran Siklus I
No |
Pertemuan |
Frekuensi |
Presentase |
1 |
Pertemuan Ke I |
4 |
26% |
2 |
Pertemuan Ke II |
6 |
39% |
3 |
Pertemuan Ke III |
8 |
52% |
Gambar deskripsi tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan antara Pra Siklus sebanyak 26% meningkat menjadi 52%.
- Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkata kreatifitas anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu kepala sekolah, guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kreatifitas anak melalui pedoman observasi.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :
- Anak masih takut dan tidak berani mencoba hal yang baru.
- Anak masih merasa asing dengan sesuatu yang baru.
- Sudah ada peningkatan kreatifitas dan kemauan anak dibandingkan sebelum tindakan.
- Kreatifitas anak didalam kelas belum merata ada anak yang sudah bisa membedakan nama warna dan menggambar bentuk benda dengan baik dan ada yang belum bisa.
Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru merasa bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil observasi menunjukkan sebanyak 8 anak atau 52% saja dari 15 anak yang mampu menggambar dengan baik sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya karena kurang mencapai indikator keberhasilan,yaitu 75%.
- Hasil Penelitian Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan di TK Dharma Putra. Peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru kelas terutama hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan kegiatan tindakan siklus II. Hal-hal yang didiskusikan antara lain:
- Peneliti memaksimalkan tindakan.
- Peneliti memotifasi dan memberi semangat berupa Reward seperti jempol 2.
- Untuk mengatasi kebosanan anak, maka peneliti dan guru menambahkan warna berbeda dan bentuk baru untuk di gambar anak.
Pada waktu berdiskusi disepakati bahwa peneliti sebagai pelaksana tindakan dan kepala sekolah sebagai kolaborator. Alokasi waktu di setiap pertemuan selama 60 menit. Adapun tindakan dalam siklus kedua akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Perencanaan
Ada beberapa hal yang direncanakan dalam Siklus II, yaitu: Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media dan bahan yang akan digunakan yaitu bentuk benda dengan warna yang berbeda pada setiap bentuknya, peneliti mengkondisikan kelas. Dimana peneliti, kolaborator dan kepala sekolah serta guru kelas sebagai pendamping dan observatory, peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat”, peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama kegiatan, peneliti menyebutkan media yang akan digunakan.
Dalam kegiatan ini peneliti di bantu oleh kepala sekolah dan guru kelas mengajak semua anak untuk memilih bentuk geometri sesuai warna yang diinginkan untuk membuat sebuah karya. Kegiatan penutup berupa mengumpulkan dan memperlihatkan hasil karya mereka, peneliti mengulas kegiatan dengan tanya jawab tentang karya apa yang mereka buat dengan bentuk geometri tersebut. Peneliti mencoba merangsang anak dengan pertanyaan apakah tadi anak-anak senang dengan kegiatan tersebut dan terakhir penutup dengan berdo’a bersama.
Secara umum proses pembelajaran pada Siklus II seperti yang tersebut di atas dilakukan dalam tiga pertemuan, akan tetapi pada tiap-tiap pertemuan peneliti memberi variasi dengan tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak serta agar anak didik tidak merasa jenuh mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut :
- Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media dinding dan krayon dengan warna yang berbeda walaupun jenisnya sama. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama anak disuruh menyebutkan nama dan bentuk benda secara acak dan cepat.
- Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan media yang sama. Akan tetapi pada pertemuan kedua ini kegiatan menggambar bebas pada dinding dengan warna yang berbeda di setiap bentuk benda dari pertemuan yang pertama.
- Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang sama. Akan tetapi pada pertemuan ketiga ini kegiatan pembelajaran ini anak diberi kebebasan berkarya dengan bentuk benda yang dilihat anak langsung.
- Pelaksanaan Tindakan
Pada pertemuan pertama peneliti masuk kedalam kelas B yaitu kelas tempat anak-anak belajar. Peneliti membuka kegiatan dengan tepuk spirit kemudian do’a, salam dan lagu “Kupu-Kupu yang lucu”. Adapun uraian kegiatan adalah sebagai berikut :
- Kegiatan awal
- Berdo’a dan salam
- Bernyanyi bersama, tepuk semangat dan berbagi cerita
- Kegiatan inti
- Bercakap-cakap tentang materi warna dan gambar-gambar yang di lihat.
- Anak menggambar bebas sesuai yang disukai untuk membuat sebuah karya.
- Dengan bimbingan dan pengawasan guru anak berkreasi membuat sebuah karya
- Bersama guru anak mengumpulkan hasil karya
- Kegiatan penutup
- Recalling, membahas kegiatan menggamabar bebas bentuk-bentuk yang dilaksanakan tadi dan bentuk-bentuk yang digunakan untuk membuat karya
- Menanyakan anak apakah senang dengan kegiatan tersebut
Sebagai pembuka peneliti bertindak sebagai guru membuka kegiatan dengan salam, bernyanyi, dan berdo’a. Sebelum kegiatan peneliti menyebutkan media yang digunakan. Selanjutnya peneliti memulai memberi contoh cara membuat gambar pada dinding. Setelah guru selesai membuat karya, guru menyuruh anak-anak untuk mencoba membuat karya seperti bu guru secara bebas sesuai kesenangan anak.
Dalam kegiatan mengulas ini, peneliti memberi kebebasan terhadap anak untuk berekspresi mengungkapkan idenya dalam berkarya. Dari kegiatan ini peneliti, kepala sekolah dan guru kelas dapat melihat kemampuan kreatifitas anak yang ditunjukkan dalam hasil karyanya.
Paparan tersebut di atas merupakan proses pembelajaran pada siklus II sebagai berikut Pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara garis besar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas. Pada setiap pertemuan peneliti dan guru sepakat untuk memberikan variasi agar anak-anak tidak merasa bosan dan suasana kelas lebih nyaman, sehingga hasil yang dicapai pada pertemuan pertama ini adalah 61% atau 9 anak.
Pada pertemuan kedua yakni dilaksanakan pada peneliti, mencoba memvariasikan bentuk media yang digunakan yaitu dengan media yang sama namun dengan bentuk yang berbeda meskipun jenisnya sama. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif, anak lebih aktif dalam memilih warna dan bentuk untuk dijadikan sebuah karya. Pada pertemuan ini kretaivitas anak mencapai 70% atau 10 anak.
Untuk pertemuan ketiga, menunjukan peningkatan kemampuan kreatifitas yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan kreatifitas dimana pada pertemuan kedua menjadi 70% atau 10 anak sedangkan pada pertemuan ketiga sebesar 87% atau 13 anak. Rata-rata hasil yang dicapai pada ketiga pertemuan tersebut adalah sebanyak 87% atau 13 anak yang mampu membuat karya dengan baik.
- Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kreatifitas anak selama kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala sekolah dan guru kelas diperoleh hasil sebagai berikut:
- Lembar pengamatan
Bersama-sama guru, peneliti mengamati cara kerja semua anak.
- Hasil karya yang dikumpulkan anak-anak cukup memuaskan.
- Pada pertemuan kedua anak sudah bisa beradaptasi dan mau berkreasi.
Hasil yang dicapai setelah mendapat tindakan pada siklus II ini terdapat peningkatan dari siklus I yaitu 52% atau 8 anak meningkat menjadi 87% atau 13 anak yang berarti kemampuan kreatifitas anak sudah baik, sebagaimana dapat dilihat pada persentase tabel berikut ini:
Tabel 3.
Persentase Hasil Pembelajaran Siklus II
No |
Pertemuan |
Frekuensi |
Presentase |
1 |
Pertemuan Ke I |
9 |
65% |
2 |
Pertemuan Ke II |
10 |
70% |
3 |
Pertemuan Ke III |
13 |
87% |
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada siklus II. Bahwa pada siklus I di pertemuan ketiga sebesar 52% atau 8 anak, di siklus II pada pertemuan ketiga sebesar 87% atau 13 anak.
- Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan kreatifitas anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu kepala sekolah, guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kemampuan kreatifitas anak melalui pedoman observasi.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :
- Adanya reaksi yang menunjukkan kebosanan pada anak karena penggunaan media yang sama.
- Sudah ada peningkatan kemampuan kreatifitas anak jika dibandingkan dengan kemampuan kreatifitas sebelum tindakan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan memuaskan, itu berarti bahwa peneliti dan guru perlu memperbaiki proses pembelajaran.
- Kamampuan kreatifitas anak dalam satu kelas masih belum merata, ada anak yang mampu berkarya dengan baik dan cukup.
Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru merasa bahwa hasil penelitian ini cukup maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil observasi menunjukkan sebanyak 87% atau 13 anak dari 15 anak yang mampu berkreatifitas dengan baik. Dan angka tersebut telah masuk dalam kategori baik dan sangat memuaskan.
- Pembahasan
Sebelum pembahasan hasil penelitian dibahas, maka observasi secara keseluruhan akan diuraikan pada tabel berikut ini, mulai dari proses kegiatan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.
Rekapitulasi Peningkatan Kreativitas Anak
Pertemuan |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
Pertemuan I |
– |
26% |
65% |
Pertemuan II |
– |
39% |
70% |
Pertemuan III |
– |
52% |
87% |
Kreativitas anak |
22% |
52% |
87% |
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui kreativitas anak sebelum tindakan sampai dengan siklus II menunjukan peningkatan. Sebelum tindakan 22%, Siklus I sebesar 52% dan pada Siklus II mencapai 87%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti hal ini peningkatan kreativitas anak dipengaruhi oleh media yaitu bentuk benda. Melalui kegiatan menggambar bebas melukis dinding anak mampu meningkatkan kreativitasnya, yaitu Anak mampu menyebutkan nama-nama warna, mengelompokkan bentuk-bentuk yang sama atau sejenis, menjiplak atau meniru bentuk-bentuk benda, dan menggambar bentuk benda yang di lihat menjadi sebuah karya.
Selain dipengaruhi oleh media, keberhasilan peningkatan kreativitas anak ini dipengaruhi metode pendukung berupa pemberian kesempatan pada anak untuk berimajinasi menunjukkan kemapuan yang dimiliki dalam berkarya. Karena pada dasarnya kreativitas anak memerlukan metode pembelajaran yang berulang-ulang dan memberikan rewards seperti hadiah yang digunakan untuk memotivasi anak agar tetap aktif dalam proses pembelajaran. Metode pendukung ini juga berperan cukup banyak karena melalui metode ini dapat meminimalkan permasalahan dan kejenuhan yang dialami oleh anak. Selain metode yang digunakan, kemampuan kinerja guru juga berpengaruh besar dalam peningkatan kreativitas anak. hal ini terlihat dari porsentase peningkatan dari siklus I yang hanya 40% naik menjadi siklus II sebesar 80%. Berikut tabel porsentase kinerja guru:
Tabel 5.
Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Kinerja Guru
Pertemuan |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
Pertemuan I |
– |
20% |
50% |
Pertemuan II |
– |
30% |
60% |
Pertemuan III |
– |
40% |
80% |
Kinerja Guru |
20% |
40% |
80% |
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui kemampuan kinerja guru sebelum sampai dengan siklus II menunjukan peningkatan. Sebelum tindakan 20%. Siklus I sebesar 40%. Siklus II mencapai 80%.
Disini diketahui bahwa sebelum tindakan sampai siklus I mengalami peningkatan cukup signifikan, hal ini disebabkan karena pada awal pertemuan ketertarikan anak sangat tinggi, mereka semangat dan antusias terhadap kegiatan menggambar bebas melukis dinding yang anak lakukan. Adapun untuk peningkatan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan adanya penambahan warna dan bentuk benda yang dilihatkan kepada anak dan pemberian motivasi selama pelaksanaan sehingga anak antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Dari data yang disajikan dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan kreativitas menggambambar bebas melalui melukis dinding pada kelompok B di TK Dharma Putra, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali terbukti bahwa hasil belajar yang dicapai pada siklus II mencapai nilai persentase sebesar 87% yang berarti sebanyak 13 orang dapat meningkatkan kreativitas anak dengan baik dan hasil belajar 87% lebih besar dari pencapaian indikator keberhasilan yaitu 75% dengan hasil sangat baik.
Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka perlu ada usaha mengembangkan kreativitas anak dengan cara memberikan kebebasan imajinasi anak dalam berkreasi. Dari analisis tindakan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa jika kegiatan meningkatkan kreativitas menggambar bebas melalui melukis dinding dilakukan dengan benar maka dapat meningkatkan kreativitas anak.
- 4. CONCLUSION
Kegiatan menggambar bebas melalui melukis dinding dapat meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kreativitas prosentase dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II. Pada kegiatan pra siklus sebagai hasil tindakan awal hanya 22 % atau 3 anak yang kreativitasnya tergolong baik. Pada Siklus I mencapai 52 % atau 8 anak pada pertemuan ketiga. Pada siklus II mencapai 87% atau 13 anak dari 15 anak. Oleh karena itu melukis dinding merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. Hal ini karena media dinding merangsang anak untuk meningkatkan kreativitasnya, yaitu dapat mengekspresikan warna, dapat langsung mengelompokkan bentuk benda yang sama atau sejenis, menggambar bentuk benda sesuai yang di lihat dan langsung di jadikan sebuah karya gambar anak.
REFERENCES
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teoir Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Nurwira
Nurwira, Ahmad. 2011. Lingkungan dan Pembelajaran. [Online]. http://www.wordpress.co.id//2011/02/07/langkah_langkah_pembelajaran_lingkungan_sebagai_sumber_belajar. [08 maret 2020].