banner 468x60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR KONTEKSTUAL ANAK KELOMPOK A DI TK PEMBINA ISLAM PRIMADANA SEMARANG    

 Kampus
banner 468x60
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR KONTEKSTUAL ANAK KELOMPOK A  DI TK PEMBINA ISLAM PRIMADANA SEMARANG      

 

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR KONTEKSTUAL ANAK KELOMPOK A  DI TK PEMBINA ISLAM PRIMADANA SEMARANG

 

NOVITA SAPTI ISTIYARSIH

 Pendidkan Guru PAUD, TK Pembina Islam Primadana, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Email: novitasapti1234@gmail.com

 

ABSTRACT

Artikel ini menyajikan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar kontekstual anak kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang. Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak, sementara yang tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri dan cara pandang anak terhadap orang lain. Melalui Penelitian Tindakan Kelas upaya guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dengan rumusan masalah sebagai berikut apakah kegiatan menggambar kontekstual bisa meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan bagaimanakah pelaksanaan kegiatan menggambar kontekstual dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Penelitian ini menggunakan rancangan pembelajaran yang dilakukan melalui 2 tahap atau siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, unjuk kerja dan wawancara. Hasil penelitian dalam kondisi awal menunjukkan kemampuan menggambar anak hanya 30,43% sedangkan kemampuan mewarnai sebesar 39,13%. Setelah diadakan perbaikan pada siklus I terjadi kenaikan sebesar 60,86% dalam bidang menggambar, untuk bidang mewarnai sejumlah 60,87%. Dalam perbaikan sudah mengalami peningkatan tetapi belum mencapai target ketuntasan dan dilanjutkan pada siklus II dengan hasil 86,96% dalam kemampuan menggambar, sedangkan hasil mewarnai sebesar 91,30 % berarti perbaikan tindakan berhasil dengan optimal. Kesimpulan bahwa dengan kegiatan menggambar kontekstual dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak terbukti adanya peningkatan diatas 75%. Dengan adanya pembelajaran tersebut diharapkan agar guru selalu mencari inovatif-inovatif dalam setiap pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan optimal. Dukungan dari segala pihak juga sangat diperlukan terutama peran orang tua.

 

Keywords: Peningkatan, Kemampuan Motorik Halus, Menggambar Kontekstual, Media Gambar.

 

  1. PENDAHULUAN

Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Sementara secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri dan cara pandang anak terhadap orang lain, perkembangan fisik berjalan seiring dengan perkembangan motorik.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Oleh karena itu, perkembangan fisik dan motorik tidak dapat di pisahkan karena keduanya saling mendukung satu sama lain. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktifitas seni seperti menggunting, melukis, dan mewarnai (Gunarti Winda, 2008: 17).

Salah satu tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan kita adalah mampu menciptakan manusia yang memiliki kemampuan dalam bidang ketrampilan atau seni. Keinginan ini tidak bisa diindahkan begitu saja oleh dunia pendidikan kita, begitu pula dengan lembaga formal taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak sebagai lembaga formal terendah juga harus mampu menciptakan anak-anak yang berkemampuan ketrampilan yang baik yang mempunyai jiwa seni yang baik pula. Akan tetapi juga tidak boleh mengesampingkan prinsip belajar di Taman Kanak-kanak “belajar sambil bermain, bermain seraya belajar” dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak juga tidak boleh menargetkan pada suatu hasil tapi pada prosesnya. Jika prosesnya benar dan baik, secara otomatis hasilnya juga akan baik.

Berdasarkan kurikulum yang mengharuskan di dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak ada dua aspek yang harus dikembangkan yaitu pembentukan sikap perilaku dan pembentukan kemampuan dasar. Dari dua aspek perkembangan tersebut peneliti melakukan pengamatan di TK Pembina Islam Primadana Semarang khususnya kelompok A yaitu pada perkembangan motorik halus. Anak kelompok A yang berjumlah 23 anak pada TK Pembina Islam Primadana Semarang kemampuannya sangat rendah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) Kemampuan anak untuk menggambar bebas dengan kategori baik hanya sekitar 35% anak atau hanya sekitar 8 anak dari 23 anak yang mampu menggambar bebas; (2)  Kemampuan anak untuk mewarnai gambar bentuk sederhana hanya sekitar 25% anak atau hanya sekitar 6 anak dari 23 anak yang mampu mewarnai gambar bentuk sederhana; (3) Kemampuan anak dalam mengeluarkan ide atau gagasan  hanya  sekitar 20% anak atau sekitar 5 anak dari 23 anak yang mampu mengeluarkan ide atau gagasan; (4) Kemampuan anak dalam berkreatifitas hanya sekitar 20% atau sekitar 5 anak dari 23 anak yang mampu berkreatifitas.

Masalah yang terjadi tidak terlepas dari kurangnya wawasan guru dalam memilih dan menerapkan metode yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena jika penerapan proses awal salah, hal ini bisa dipastikan bahwa proses selanjutnya juga akan mengalami kegagalan. Maka dalam hal ini harus diadakan perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan adanya permasalahan diatas, peneliti mencoba untuk menerapkan penggunaan metode menggambar kontekstual dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang yang berjumlah 23 anak. metode ini tidak hanya untuk meningkatkan ketrampilan anak saja tetapi mampu memperkenalkan pada anak tentang alam sekitar secara nyata. Dengan adanya uraian diatas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Kontekstual Anak Kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang”.

  1. KAJIAN LITERATUR
    • Kemampuan Motorik Halus

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan pasca lahir anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menulis dan menggunakan alat.

Menurut Gleitman (1987) bekal yang dibawa anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan kehidupannya selama di dunia adalah bekal kapasitas motor (jasmani) dan bekal kapasitas indera (sensori). Menurut Muhibbin Syah, M. Ed., dalam Buku Psikologi Belajar mengatakan bahwa belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan tangan (seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar. Untuk memperoleh kemampuan keterampilan jasmani ini, ia tidak hanya cukup dengan latihan dan praktik, tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory-motor learning (belajar ketrampilan inderawi-jasmani).

 

  • Menggambar Kontekstual (Contextual)

Anak adalah sosok manusia yang belum dewasa dalam segi usia, perkembangan mental dan kejiwaannya, serta badannya. Apa yang dinyatakan dalam gambar anak sebenarnya merupakan ekspresi kejujurannya memahami lingkungan. Akan tetapi, guru sering kali membelenggu keinginan anak ketika sedang atau akan menggambar. Perintah yang tidak sesuai dengan alam pikiran anak atau perintah mencontoh dan membetulkan gambar, menjadikan anak tidak berkreasi. Pernyataan anak tentang waktu akan terhambat oleh perintah guru.

Menggambar adalah membuat gambar dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda yang lain dan memberi warna sehingga menimbulkan gambar. Menggambar kontekstual berarti metode menggambar dengan bantuan media secara nyata.

Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk membina sikap emosional, menumbuhkan rasa percaya diri sehingga berani mengeluarkan pendapat maupun gagasan serta meningkatkan kreatifitas anak melalui pengalaman secara langsung.

Manfaat gambar bagi anak adalah sebagai alat untuk mengutarakan (berekspresi) isi hati, pendapat maupun gagasannya, sebagai media bermain fantasi, imajinasi dan sekaligus sublimasi, stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan baru dan sebagai alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi.

  1. METODE

Penelitian yang akan digunakan dalam mengupas masalah meningkatkan kemampuan anak dalam meningkatkan motorik halus anak melalui metode menggambar kontekstual pada anak Kelompok A TK Pembina Islam Primadana Semarang adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan metode bermain. Subjek penelitian skripsi ini adalah Anak TK Pembina Islam Primadana Semarang sebagai sampel Kelompok A dengan jumlah 23 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi kepustakan/ dokumentasi. Sedangkan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling.

Dalam melakukan observasi, peneliti mengamati jalannya kegiatan mengungkapkan kata secara sederhana melalui media gambar pada anak kelompok A TK Pembina Islam Primadana Semarang. Studi pustaka, menurut Nazir (2014: 93) teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan prakteknya di lapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing di internet, membaca berbagai literatur, hasil kajian dari peneliti terdahulu, catatan perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang relevan. Sedangkan wawancara dilakukan dengan teman sejawat juga suvervisor untuk mengetahui perkembangan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa dalam kegiatan mengungkapkan kata secara sederhana melalui media gambar.

  1. TEMUAN

4.1 Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pada kegiatan pra siklus pengembangan kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang sangat rendah, khususnya dalam bidang Menggambar, anak yang mampu hanya sebanyak 7 anak atau 30,43% atau dan yang mampu mewarnai gambar sesuai dengan bentuk bendanya sebanyak 9 anak atau 39,13%. Kemudian guru mengadakan tindakan pembelajaran dengan melalui menggambar kontekstual. Pada siklus pertama guru menjelaskan bagaimana cara menggambar yang baik dan benar. Untuk menarik perhatian anak dalam memberikan penjelasan guru menggunakan media nyata, selain untuk menarik perhatian anak media ini juga digunakan untuk memperjelas pesan yang ingin disampaikan oleh guru. Anak-anak pun lebih jelas menerima penjelasan dari guru terbukti pada siklus yang pertama hasil belajar anak menjadi meningkat. Pada siklus ini anak yang mampu menggambar sebanyak 14 anak atau 60,86% dari sejumlah anak 23.

Situasi pada siklus pertama sama juga pada siklus kedua guru menggunakan media kontekstual dalam kegiatan belajar anak. Dalam siklus kedua ini anak diminta untuk menggambar media yang dilihat secara langsung oleh anak yaitu alam sekitar lingkungan sekolah. Kemudian anak diberi kebebasan dalam menentukan media mana yang akan digambar sesuai dengan keinginan anak masing-masing. Dengan pembelajaran kontekstual seperti ini guru bertujuan untuk menarik perhatian anak. Memperkenalkan media nyata dan juga menambah wawasan anak tentang alam sekitar. Tingkat pemahaman anak diukur dengan keberhasilan anak untuk memenuhi perintah secara benar dan hasil yang diperoleh pada siklus kedua ini sebanyak 20 anak atau sekitar 86,96% dari jumlah 23 anak yang mampu menggambar dengan rapi dan 21 anak atau 91,30% dari jumlah 23 anak yang mampu mewarnai gambar sesuai dengan media nyata.

Dalam hal ini peneliti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak khususnya dalam bidang menggambar berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan dengan pencapaian sebesar 75%. Sedangkan keberhasilan dalam pembelajaran ini sebesar 86,96%. Berarti tindakan perbaikan pembelajaran berhasil dengan optimal.

Kegiatan pada siklus pertama dan siklus kedua mempunyai kesamaan yaitu adanya upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak khususnya bidang menggambar melalui pemberian tugas. Yang membedakan adalah tingkat kesulitannya, kegiatan pada siklus kedua lebih sulit dibanding kegiatan pada siklus pertama.

Dengan demikian hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa metode menggambar kontekstual dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat tercapai dengan signifikan, dan dari tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui menggambar kontekstual pada kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang dapat terlaksana dengan optimal.

4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Menggambar Kontekstual

Dalam kegiatan perbaikan peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A di TK Pembina Islam Primadana Semarang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam siklus I dan siklus II yang telah dilaksanakan menunjukkan peningkatan penguasaan materi yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil pembelajaran sebagai berikut:

  1. Ketuntasan belajar pada kemampuan menggambar sebagai berikut:
  • Pada nilai pra siklus anak tuntas belajar sebanyak 7 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus I anak yang tuntas belajar sebanyak 14 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus II anak yang tuntas belajar sebanyak 20 anak dari 23 anak.

Anak yang belum tuntas belajar pada kemampuan menggambar sebagai berikut:

  • Pada pra siklus yang belum tuntas belajar sebanyak 16 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus I anak yang belum tuntas belajar sebanyak 9 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus II anak yang belum tuntas belajar sebanyak 3 anak dari 23 anak.

Anak yang telah tuntas belajar pada kemampuan mewarnai gambar yang sesuai dengan bentuk bendanya adalah sebagai berikut :

  • Pada nilai pra siklus anak yang tuntas belajar sebanyak 9 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 14 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus II yang tuntas belajar sebanyak 21 anak dari 23 anak.

Anak yang belum tuntas belajar pada kemampuan mewarnai gambar yang sesuai dengan bentuk bendanya adalah sebagai berikut:

  • Pada nilai pra siklus anak yang belum tuntas belajar sebanyak 14 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus I anak yang belum tuntas belajar sebanyak 9 anak dari 23 anak.
  • Pada siklus II anak yang belum tuntas belajar sebanyak 2 anak dari 23 anak.

Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa untuk setiap siklus penguasaan materi pelajaran oleh anak mengalami peningkatan sebagai berikut:

  • Peningkatan kemampuan menggambar
  1. Dari pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 30,43 %.
  2. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 26,08 %.
  • Peningkatan kemampuan mewarnai gambar yang sesuai dengan bentuk bendanya
  1. Dari pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 21,73 %.
  2. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 30,43 %.

Dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa dengan melalui menggambar kontekstual dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Di samping itu, kompetensi guru juga mempengaruhi prestasi anak pada anak kelompok A TK Pembina Islam Primadana Semarang. Dengan demikian hipotesis tindakan yang peneliti ajukan dapat diterima. Ada 3 anak yang belum dapat meningkatkan kemampuan menggambar. Untuk itu masih perlu adanya bimbingan dan latihan menggambar baik dari guru maupun peran serta orang tua di rumah.

  1. CONCLUSION

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I dan siklus II dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode menggambar kontekstual sangat tepat untuk mengembangkan motorik halus anak. Secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penerapan metode menggambar kontekstual dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis yang didapatkan bahwa hasil belajar kemampuan menggambar anak pada kelompok A pada pra siklus: 30,34 %, siklus I: 60,86 % dan siklus II: sebesar 86,96 %, sedangkan untuk kemampuan mewarnai gambar sesuai dengan bentuk bendanya pada pra siklus 39: ,13 %, siklus I: 60,86 % dan siklus II sebesar 91,30 %. Hasil yang dicapai sudah lebih dari 90% sehingga perbaikan pembelajaran sudah sesuai dengan target yang ditentukan yaitu dengan indikator kinerja 75%.
  2. Pembelajaran dengan menggunakan metode menggambar kontekstual juga mampu mengasah kemampuan sosial dan pengenalan alam sekitar anak yang berkaitan dengan orang lain dan lingkungan. Karena metode ini membiasakan anak untuk lebih dekat mengenal lingkungan dan sosial.

Di samping itu juga dengan penerapan metode menggambar kontekstual pada anak TK kelompok A bisa menambah wawasan guru dalam memilih strategi dan metode yang tepat untuk diterapkan di kelas dan disesuaikan dengan tujuan dari setiap pembelajaran

 

REFERENCES

Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. 1998. Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: IKIP Bandung Press.

Boediono dan Sidi Jati Indra. 2004. Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Gunarti Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasa Anak Usia Dini. Jakarta: UT

Haditono, Siti Rahayu. 1983. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM

Nasir, Moh. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Patmono Dewo, Soemantri. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Depdiknas, PT. Rineka Cipta.

Patmono Dewo, Soemiarti. 1995. Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Rachman, Maman.1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang Press.

Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK, Ditjen Perguruan Tinggi.

Sudibyo Bambang. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhardjono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

 

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan