banner 468x60

DRAMA KOREA BARAT

 Entertainment
banner 468x60
DRAMA KOREA BARAT

 

 

 

 

 

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang Masalah

Saat ini, kita tengah menghadapi era Revolusi Industri 4.0, di mana kemajuan ilmu pengetahuan, komunikasi, teknologi, serta aspek sosial dan budaya masyarakat berkembang dengan sangat cepat. Hal ini juga berlaku dalam bidang pendidikan di Indonesia. Dalam konteks pendidikan, perlu adanya manajemen sekolah karena manajemen sekolah merupakan suatu usaha untuk mengelola sumber daya yang ada di sekolah agar dapat menghasilkan tujuann yang telah ditargetkan. Tujuan yang ditergetkan tersebut merupakan luaran yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan pendidikan sesuai dengan visi dan misi masing-masing sekolah antara lain mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Sukirman. Fayakun et al., 2022). Manajemen juga sangat diperlukan kontrol, pembinaan, bimbingan, dan arahan menuju perbaikan serta pemberian layanan khusus di sekolah. Layanan khusus sekolah merupakan bagian penting dari manajemen pendidikan yang diberikan khusus kepada peserta didik agar mereka dapat mengoptimalkan proses belajar. Seorang ahli menyatakan bahwa layanan khusus di sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik guna mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar, atau yang sering disingkat sebagai PBM di sekolah, beberapa fasilitas menjadi penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan di lingkungan sekolah. Fasilitas tersebut meliputi pusat sumber belajar atau perpustakaan, unit kesehatan sekolah (UKS), kantin sekolah, asrama, tempat ibadah, koperasi, dan sarana transportasi pendukung bagi siswa/siswi di sekolah (Ifani.Nur.R, 2019).

Manajemen layanan khusus merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan yang memerlukan perhatian serius, karena memiliki dampak signifikan terhadap keberhasilan proses pendidikan inti. Oleh karena itu, pengelolaan layanan khusus harus dilakukan dengan cara yang efektif (Zulkarnain, 2022a).

Setiap institusi pendidikan di Indonesia harus menyediakan fasilitas khusus yang dapat mendukung siswa dalam memenuhi kebutuhan mereka di lingkungan sekolah. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang nyaman, menyenangkan, dan membuat siswa merasa betah selama berada di sekolah. Tidak hanya siswa, tetapi orang tua juga akan terpengaruh oleh kualitas layanan khusus ini. Kehadiran fasilitas ini sangat penting karena jika tidak ada atau kurang memadai, jumlah pendaftar akan berkurang karena persepsi bahwa sekolah tersebut tidak memenuhi standar yang layak. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab untuk menyelenggarakan proses pembelajaran guna menghasilkan pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didik, baik secara fisik maupun psikologis (Lindriany Julita, 2023).

 Sebagian besar satuan Pendidikan telah memiliki dan menerapkan layanan khusus pendidikannya namun krisis pendidikan yang dihadapi Indonesia dewasa ini berkisar pada krisis manajemen. Oleh karena itu, sekolah harus memiliki kualitas yang baik dan memiliki keunggulan. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam menghadapi permasalahan yang ada, antara lain dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS sebagai salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan mendekati suatu permasalahan-permasalahan dari berbagai sudut pandang dan dalam perspektif yang lebih luas.(Susanti, 2021). Lembaga pendidikan formal, yang dikenal sebagai sekolah, diidentifikasi dengan memiliki program yang terstruktur, terarah, dan jelas. Sekolah diwajibkan untuk berhasil mengimplementasikan tujuh komponen manajemen berbasis sekolah dengan optimal. Komponen-komponen tersebut melibatkan manajemen kurikulum, manajemen guru dan tenaga kependidikan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus Pendidikan (Hendra et al., 2022a).

Pelayanan khusus di sekolah merupakan elemen penting dalam manajemen pendidikan yang secara spesifik diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan optimalitas mereka dalam menjalani proses belajar. Sebuah peneliti, Agustine (2003), menyatakan bahwa keberadaan layanan khusus di sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik guna mendukung kesuksesan proses pembelajaran. Dalam konteks proses belajar dan mengajar, yang sering disingkat sebagai PBM di sekolah, beberapa fasilitas diperlukan untuk mendukung keberhasilan pendidikan di sekolah. Fasilitas-fasilitas tersebut melibatkan pusat sumber belajar atau perpustakaan, unit kesehatan sekolah (UKS), kantin sekolah, asrama, tempat ibadah, koperasi, dan alat transportasi pembantu siswa/siswi di sekolah (Ifani.Nur.R, 2019). Suatu sistem pembelajaran dapat dikatakan bermutu jika proses belajar mengajarnya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan (Kalenge, 2015). Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya dibuat untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan pendidikan di sekolah (Sonhadji, 2012). Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar peserta didik senanatiasa berada dalam keadaan baik, baik disini menyangkut aspek jasmani maupun rohaninya. Manajemen layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang dan memberikan motivasi kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung jawab dan tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik dan memberikan rasa aman pada siswa selama siswa belajar di sekolah (Norhadiana, 2021).

Manajemen tidak hanya terbatas pada pencatatan data peserta didik melainkan mencakup aspek yang lebih luas yang dapat secara optimal mendukung perkembangan peserta didik selama proses pendidikan di sekolah. Manajemen dianggap sebagai komponen yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, peran dan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola peserta didik menjadi hal yang mutlak. Salah satu aspek yang terdapat dalam manajemen pendidikan adalah layanan khusus sekolah, yang bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran peserta didik secara optimal. Dimana layanan khusus sekolah mencakup upaya memberikan arahan, layanan, dan bantuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Agustine, dalam penelitiannya, manajemen layanan khusus di sekolah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Sekolah menyediakan beberapa fasilitas untuk mendukung siswa dalam proses belajar, seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kafetaria/kantin sekolah, Bimbingan konseling, perpustakaan, Pembelajaran, asrama, tempat ibadah, dan alat transportasi siswa. Semua layanan khusus tersebut berfungsi sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kualitas Pendidikan (Rafsanjani et al., 2023). Manajemen Layanan khusus merupakan salah satu dari substansi ekstensi manajemen Pendidikan. Selain itu masih ada lagi substansi ekstensi atau perluasan dari manajemen Pendidikan. Layanan khusus yang diberikan sekolah kepada pesrta didik pada umunya sama, tetapi proses pengelolaan dan pemanfaatannya yang berbeda. Beberapa bentuk layanan khusus di sekolah antara lain layanan bimbingan konseling, perpustakaan, usaha Kesehatan sekolah, kafetaria, koperasi, ekstra kurikuler, transportasi (Zulkarnain, 2022b).

Suatu lembaga Pendidikan Islam di Klaten, SMA Muhammadiyah 1 Klaten, merupakan sekolah swasta dengan jumlah siswa cukup banyak sehingga sangat representative memungkinkan untuk kegiatan penelitian khususnya dalam pengelolaan atau penyelenggaraan pendidikan berikut kegiatan /bentuk layanan khusus di tempat tersebut mampu berkontribusi untuk menjadi acuan dalam mendukung pencapaian prestasi siswa khususnya baik prestasi akademik maupun non akademik dan prestasi sekolah pada umumnya. Hingga saat ini sekolah tersebut masih diminati oleh konsumennya dengan segudang prestasi antara lain:

Tabel 1.1 kejuaraan SMA Muhammadiyah 1 Klaten

NO

KATEGORI

JUARA

TINGKAT

1

Putra dan Putri Peserta Didik Berprestasi Tahun 2011

Juara III

Dinas Pendidikan Kab. Klaten

2

Lomba Panahan Kabupaten

Juara I

Kabupaten Klaten

3

Lomba Tae Kwondo POPDA Kab

Juara I

Kabupaten Klaten

4

Lomba Pencak Silat POPDA Kab

 

Juara I

Kabupaten Klaten

5

Lomba Bulutangkis POPDA Kab

 

Juara I

Kabupaten Klaten

6

Lomba Sepak Bola POPDA Kab

 

Juara I

Kabupaten Klaten

7

Lomba Tae Kwondo Kab

 

Juara II

Kabupaten Klaten

8

Lomba Penulisan artikel Bahasa Inggris PMR Kab

 

Juara II

Kabupaten Klaten

9

Lomba Jumbara PMR Kab

 

Juara II

Kabupaten Klaten

10

Lomba Olimpiade Fisika Kab 2010)

 

Juara I

Kabupaten Klaten

11

Lomba Penulisan Karya Ilmiah ( juara 1 Nas, Prov, Kab

Juara I

Kabupaten Klaten

12

Lomba PMR ( juara 1 Nas, Kab )

 

Juara I

Kabupaten Klaten

13

Lomba Futzaal (juara 1 Kab 2009 )

 

Juara I

Kabupaten Klaten

14

Lomba Mading (juara 1 Karsidenan

Juara I

Karesidenan Surakarta

15

Lomba Hizbul Wathan (juara 1 Kab

 

Juara I

Kabupaten Klaten

16

Lomba Fotografi (Juara 2&3 Se-Kabupaten Klaten

Juara I dan II

Kabupaten Klaten

17

Lomba Penulisan Karya Ilmiah Provinsi

Juara I

Provinsi

18

Lomba Penulisan Karya Ilmiah Nasional

Juara I

Nasional

 

B.  Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan peneliti dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:

  1. Banyak satuan pendidikan mengetahui dan memahami tentang konsep manajemen untuk keberlangsungan sekolah yang menerapkan usaha perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam melaksanakan program dan kegiatannya akan tetapi tidak jarang sekolah yang mengalami penurunan kinerja atau kinerja yang kurang sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut. Sehingga semakin lama ditinggalkan konsumen dan mengalami jumlah penurunan siswa dalam kegiatan PPDB.
  2. Layanan khusus di sebagian besar sekolah yang merupakan bagian dari komponen sekolah untuk mendukung keberhasilan sekolah sudah ada , namun masih banyak sekolah yang kurang memperhatikan peranan layanan khusus tersebut, sehingga terkesan terabaikan pengelolaannya yang menyebabkan penurunan hasil belajar siswa karena kurang motivasi belajar, sumber bacaan belum bervariasi, gangguan kesehatan siswa karena layanan kantin kurang sehat atau layanan usaha kesehatan sekolah yang belum maksimal pengurusannya. Adapun beberapa masalah layanan khusus yang menganggu pencapaian prestasi siswa dibedakan atas layanan khusus sebagai berikut :
  3. Layanan Khusus Perpustakaan :
  • Jumlah koleksi perpustakaan yang kurang lengkap
  • Kebutuhan informasi siswa yang berbeda-beda
  • Kecepatan dan ketepatan pelayanan yang kurang
  • Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lainyang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan perpustakaan. Masalah ketidaaan atau ketidakberdayaan fasilitas, tempat, koleksi buku, sarana prasarana pendukung dan sarana lainnya (Anwar et al., 2019a).
  1. Layanan Khusus Bimbingan dan konseling
  • Adanya sumber daya yang kurang memadai jumlah guru Bimbingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa.
  • Adanya siswa yang tidak terbuka ketika ada permasalahan dengan dirinya.
  1. Layanan Khusus Ekstra Kurikuler.
  • Kurangya dana yang dimiliki pihak sekolah dalam pembiayaan kegiatan ekstra kurikuler
  • Program ekstra kurikuler yangkurang jelas arahnya
  • Banyak pengampu ekstra kurikuler yang mengajar di banyak sekolah lain.
  • Jadwal kegiatan ekstra kurikuler yang bersinggungan dengan kegiatan bimbingan belajar, les atau kegiatan tambahan lainnya.

C.  Fokus Penelitian

Setelah mengetahui dan mengklarifikasi masalah di atas, maka penelitian ini berfokus pada: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan pada aspek Perpustakaan dan Bimbingan Konseling serta  Ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah 1 Muhammadiyah 1 Klaten.

D.  Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Manajemen layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten

E.  Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis Manajemen layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten

 

 

 

F.   Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi yang komprehensif mengenai berbagai variabel yang menjadi fokus penelitian dan telah dianalisis selama proses penelitian berlangsung. Keuntungan yang diantisipasi dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis, dan keduanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Selanjutnya, rincian lebih lanjut terkait manfaat penelitian akan diuraikan.

  1. Manfaat Akademik

Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga dalam upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam mengembangkan ilmu dan dapat memberikan gambaran mengenai Manajemen dan khususnya manajemen layanan khusus.

  1. Manfaat bagi sekolah
  2. Dengan adanya penelitian ini, manfaat bagi sekolah adalah dapat meningkatnya kualitas manajemen sekolah dengan prinsip manajemen yang baik yang diawali dari perencanaan yang baik khususnya manajemen layanan khusus
  3. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah dengan layanan khusus yang optimal.

 

 

  1. Manfaat bagi Lingkungan
  2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjutan dan sebagai dasar dalam pemikiran bagi pengembangan manajemen layanan khusus untuk sekolah lain.
  3. Sebagai gambaran untuk mengembangkan layanan khusus bagi sekolah lain sehingga mampu menjadi sekolah yang berkembang dan diminati oleh konsumen
  4. Manfaat bagi Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut yang bersifat lebih khusus terkait manajemen layanan khusus sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tersebut dapat difokuskan pada aspek tertentu dengan tujuan dan fokus penelitian yang lebih terperinci

  1. Manfaat bagi Amal usaha Muhammadiyah (Yayasan)

Manfaat penelitian ini bagi Amal Usaha Muhammadiyah (Yayasan) dapat dipakai sebagai bahan perenungan dan penguatan mengusahakan layanan khusus bagi sekolah Muhammadiyah dari berbagai jenjang untuk membantu pencapaian hasil belajar siswa.

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.     Manajemen Pendidikan

Pengertian manajemen pendidikan adalah proses pengarahan individu-individu untuk melaksanakan kegiatan kependidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Setiap orang diarahkan untuk mengelola berbagai aspek pendidikan, termasuk saran dan prasarana pendidikan, alat-alat pendidikan, metode, desain kurikulum, keuangan, administrasi, serta merancang strategi pendidikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam lingkup manajemen pendidikan, terdapat aktivitas yang mengintegrasikan berbagai sumber pendidikan dengan fokus pada target yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan, terjadi kerjasama, pembagian tugas, dan kewajiban, serta adanya otoritas yang berbeda. Para pengelola lembaga pendidikan saling terkait, seperti hubungan antara guru dan murid. Guru dan murid berkaitan dengan materi dan metode pembelajaran, menciptakan suatu keterkaitan tanpa pemisahan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan atau pengabdian terhadap dunia pendidikan. Pada awalnya, konsep manajemen diterapkan pada tugas-tugas yang berkaitan dengan pengabdian dalam penyelenggaraan pendidikan pada masa itu (Gunawan et al., 2017).

Koontz dan Weihrich (1990) menyatakan bahwa manajemen adalah proses merancang dan menjaga lingkungan di mana individu bekerja bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang dipilih dengan efisien. Mereka juga menggambarkan manajemen sebagai proses pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber daya manusia, fasilitas, dan teknis untuk mencapai tujuan spesifik yang telah ditetapkan. Definisi lain dari ahli manajemen mencakup proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, baik sebagai ilmu maupun seni, dengan tujuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Sukirman, 2023).

POAC merupakan sebuah prinsip manajemen organisasi yang pertama kali diperkenalkan oleh George R. Kelly, yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Manajemen dimulai dengan beberapa tahapan, pertama-tama adalah perencanaan (planning), yang mengindikasikan Selanjutnya, pengorganisasian (organizing) dilakukan melalui pengaturan jadwal bergantian untuk proses. Pelaksanaan (actualizing) melibatkan kewajiban untuk yang telah ditetapkan sekolah. Terakhir, pengawasan (controlling) merupakan upaya guru untuk memonitor secara berkala mingguan. Dalam menciptakan pendidikan berkualitas, penting untuk memiliki manajemen yang efektif. Manajemen yang efektif ini merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, yang dikenal sebagai POAC. Dengan menerapkan aspek-aspek manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengwasan, kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkesinambungan. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga peserta didik dapat mencapai standar mutu pendidikan yang telah ditentukan. Jadi, manajemen yang baik adalah kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Manajemen merupakan rangkaian proses yang bertujuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pelaksanaan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan secara sistematis (Utami et al., 2023).

  1. Perencanaan (planning)

Manajemen dibutuhkan untuk penyusunan rencana dan strategi ketika akan memulai sebuah kegiatan atau usaha. Perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Perencanaan yang baik memuat unsur-unsur pertanyaan seperti 5 W dan 1 H (what, why, where, when, who, dan how).

  1. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah sebuah fungsi dari manajemen yang tujuannya membagi-bagi tugas sesuai kemampuan yang dimiliki. Fungsi manajemen ini diperlukan untuk mengatur sebuah kelompok atau organisasi. Dimana dalam organisasi atau perusahaan tersebut ada tugas yang dibagikan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Misalnya, tugas untuk direktur, manajer, staf, dan anggota pasti berbeda-beda sesuai dengan bidangnya. Mereka juga harus bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

  1. Pengarahan, menggerakkan (actuating)

Pengarahan dibutuhkan setelah tugas dibagi-bagi pada individu atau kelompok sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pengarahan dibutuhkan agar tujuan bisa dicapai dengan baik dan meminimalkan resiko terhambatnya sebuah rencana. Actuating bisa dilakukan dengan cara membimbing, konsultasi terkait tugas, dan pemberian motivasi.

  1. Pengawasan dan evaluasi (controlling)

Evaluasi merupakan fungsi manajemen untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan. Evaluasi dibutuhkan untuk mengontrol kemajuan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Bisa juga digunakan untuk menilai apakah perlu diadakan perubahan strategi atau tidak. Sementara pengawasan diperlukan agar pekerjaan yang dilakukan mencapai tujuan perusahaan. Tindakan pengawasan umumnya digunakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Dalam sebuah organisasi maupun perusahaan, penting adanya fungsi manajemen ini sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik dan efektif.

Di dalam mengelola sekolah tujuan utamanya adalah agar dapat menghantarkan peserta didik menjadi insan yang berbudi pekerti luhur memiliki kompetensi dan atau kecerdasan dalam mengatasi masalah serta ketrampilan dengan menerapkan manajemen yang meliputi kurikulum, guru dan tenaga kependidikan, keuangan,sarana dan prasarana pendidikan,manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus Pendidikan (Hendra et al., 2022b).

        Komponen yang tidak kalah penting dalam menghantarkan kesuksesan berprestasi siswa adalah program layanan khusus di sekolah adalah sebuah layanan yang secara khusus untuk menunjang proses pembelajaran, walaupun tidak secara langsung. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan diatur untuk mendukung atau memfasilitasi pembelajaran, serta untuk memenuhi kebutuhan khusus peserta didik di sekolah. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pentingnya layanan khusus untuk peserta didik, yang dimana hal tersebut mempengaruhi tujuan dan proses pendidikan di sekolah. Layanan khusus yang ada di sekolah pada dasarnya dibuat untuk mempermudah atau memperlancar kegiatan pembelajaran peserta didik, serta untuk memenuhi kebutuhan khusus peserta didik di sekolah. Berikut ini merupakan bentuk dari layanan khusus yang digunakan sebagai penunjang atau pendukung peserta didik di sekolah. Beberapa bentuk layanan tersebut antara lain Layanan Perpustakaan, Bimbingan dan Konseling, Kantin/Kafetaria, Usaha Kesehatan Sekolah, ekstra kurikuler.

2.     Manajemen Layanan Khusus

        Di dalam suatu Institusi pendidikan kita ketahui bahwa Layanan merupakan hal yang sangat penting bagi para manajer atau kepala sekolah, termasuk manajer atau kepala sekolah pendidikan Islam. apabila mereka menghendaki peningkatan mutu di segala Bidang, maka yang menjadi modal utama yang mesti dimiliki lembaga pendidikan itu adalah layanan yang dikendalikan dan rencanakan. pelayanan menjadi salah satu komponen penentu keberhasilan lembaga pendidikan. Makna dari Layanan adalah sebuah proses pemberian jasa dari orang yang memberikan layanan kepada orang yang dilayani (pelanggan) dengan harapan yang dilayani mendapatkan sesuatu yang bermakna. Layanan khusus di sekolah merujuk pada suatu jenis layanan yang secara spesifik dirancang untuk mendukung proses pembelajaran, meskipun tidak secara langsung. Meskipun tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, layanan tersebut masih memiliki dampak yang signifikan terhadap pengalaman belajar di sekolah.  Sekolah menyediakan layanan khusus ini kepada semua peserta didik dengan tujuan agar mereka dapat mengoptimalkan partisipasi dalam proses pembelajaran. Pengelolaan layanan khusus di sekolah dianggap sebagai elemen kritis dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien (Saputra Agus, 2022).

  1. Manajemen Layanan Perpustakaan

Manajemen perpustakaan adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia, informasi, sistem, dan pendanaan, sambil tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran, dan keahlian yang diperlukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pemanfaatan sumber daya manusia dan non-manusia seperti dana, teknik, fasilitas fisik, perlengkapan, lingkungan, informasi, regulasi, dan teknologi. Sumber daya ini dikelola melalui serangkaian proses manajemen, termasuk perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan, dengan harapan dapat menghasilkan produk berupa barang dan layanan (Anwar et al., 2019b). Layanan Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan pendidikan pada umumnya. Ada beberapa jenis perpustakaan sekolah, yang pada dasarnya disesuaikan dengan jenjang atau tingkat sekolah yang bersangkutan. Jenis perpustakaan sekolah tersebut adalah perpustakaan TK, SD, SMP dan SMA. Semua jenis perpustakaan sekolah yang disebutkan diatas dikelola berdasarkan tujuan khusus masing-masing dan jenjang sekolah (Amaliyan Septa.Ikhbal.M, 2018).

Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, teknologi komunikasi, teknologi penyimpanan elektronik dan teknologi jaringan, khususnya terbukanya internet, perpustakaan digital muncul pada saat yang bersejarah, dan menjadi arah perkembangan perpustakaan di masa depan (Achadi Budi & Sukirman, 2022).

  1. Layanan Bimbingan Konseling

Menurut Bimo (2010:7-8), Bimbingan merupakan bantuan atau bimbingan yang diberikan kepada individu atau kelompok individu untuk mengatasi dan menghindari kesulitan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka dapat mencapai kesejahteraan hidup. Sementara itu, Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka melalui wawancara dan pendekatan yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, dengan tujuan mencapai kesejahteraan hidup.

Permendikbud nomor 111 tahun 2014 menggambarkan Bimbingan konseling sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik/konseli dalam mencapai kemandirian, yang meliputi kemampuan untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Pasal 3 juga menegaskan bahwa layanan Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara menyeluruh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karier.

Para ahli seperti Fenti (2012:18-20) menjelaskan berbagai fungsi layanan bimbingan di sekolah, antara lain: (1) fungsi pemahaman; (2) fungsi preventif; (3) fungsi pengembangan; (4) fungsi penyembuhan; (5) fungsi penyaluran; (6) fungsi adaptif; (7) fungsi penyesuaian; (8) fungsi perbaikan; (9) fungsi fasilitas; (10) fungsi pemeliharaan (Octavia, 2019).

Dalam suatu usaha Bimbingan secara umum memiliki makna sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, membina moral, mengarahkan peserta didik supaya menjadi orang yang baik. dalam arti khusus bimbingan adalah upaya atau program membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik, untuk membantu para peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar (Widhiastuti, 2018).

 

  1. Layanan Ekstra Kurikuler

Ekstrakurikuler adalah rangkaian kegiatan pembelajaran di luar jam pelajaran yang telah terjadwal, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa, mengembangkan minat dan bakat, serta menginspirasi semangat dedikasi mereka kepada masyarakat. Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah berkontribusi dalam pembentukan tingkat kecerdasan yang tinggi (Al Hakim Irfan, 2020).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12, dijelaskan bahwa setiap peserta didik di setiap satuan pendidikan memiliki hak untuk menerima pelayanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Hal ini berarti bahwa sekolah memiliki hak untuk memberikan layanan khusus kepada peserta didik, yang dapat mendukung kegiatan mereka sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuan, dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan. Hal yang serupa juga disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengembangan Diri, yang menyatakan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat mereka, yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Oleh karena itu, sekolah menyediakan fasilitas dengan menyelenggarakan layanan ekstrakurikuler. Asmani (2012) mendefinisikan ekstrakurikuler sebagai kegiatan pendidikan di luar jam mata pelajaran dan pelayanan konseling yang bertujuan untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang diorganisir khusus oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan dan wewenang di sekolah. Dalam konteks pengembangan diri siswa, Suryosubroto (2005) menekankan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sangat mungkin digunakan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa di luar kegiatan pembelajaran, dengan dukungan dari guru bimbingan konseling atau guru pembimbing yang memiliki kompetensi di bidangnya (Ilmiyah Nafi’atul, 2023).

 

B.  Kajian Penelitian Relevan

  1. Manajemen Perpustakaan.

        Roni Rhodin, Arief Dwi Santosa, William Reynaldi dalam studi mengenai pelaksanaan fungsi manajemen di perpustakaan MAN 2 Palembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi implementasi fungsi manajemen di perpustakaan madrasah, khususnya di MAN 2 Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan analisis kualitatif. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perpustakaan MAN 2 Palembang telah menerapkan fungsi manajemen dalam pengelolaan perpustakannya, mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki. Pengorganisasian perpustakaan sekolah tersebut sejalan dengan standar umum perpustakaan sekolah, termasuk struktur organisasi dan pembagian tugas di antara staf perpustakaan.. Proses penggerakan terkait proses kepemimpinan dilakukan oleh kepala sekolah dan job description yang dilakukan berdasarkan instruksi kepala perpustakaan (Rodin Roni, 2022).

  1. Manajemen Bimbingan Konseling

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam bimbingan dan konseling di SMA N 1 Pundong Yogyakarta. Metode Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan pengamatan, dokumentasi dan wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator guru BK, guru BK, para tenaga pendidik dan peserta didik. Teknik analisis data dengan pengumpulan data,  reduksi  data,  penyajian  data  dan  penarikan  kesimpulan.  Untuk  memperoleh keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan  dilakukan  dengan  menggali  data,  kemudian  menganalisis  data mengumpulkan dan dianalisis, selanjutnya merumuskan masalah. Menentukan rumusan masalah berdasarkan tingkatan kelas dan menentukan strategi pemecahan masalah serta pengembangannya  yaitu  menentukan  metode,  waktu,  sarana  dan  prasarana.  Hasil penelitian menunjukkan perencanaan manajemen layanan dilakukan secara maksimal, pengorganisasian manajemen dilakukan dengan menentukan layanan dan bidang-bidang bimbingan,  pembagian  kerja.  Penggerakan  manajemen  bimbingan  dan  konseling dilaksanakan  dengan  cara  komunikasi  secara  intensif.  Pengawasan  dilakukan  secara langsung dan tidak langsung baik berupa lisan maupun tulisan. Dari hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan, pelaksanaan manajemen layanan bimbingan konseling berjalan efektif dan mampu meningkatkan mutu belajar peserta didik (Suminingsih, 2019).

  1. Manajemen Layanan Ekstrakurikuler

Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data dimulai dari pengumpulan data dan validasi data. Keabsahan data penelitian diverifikasi menggunakan metode triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Perencanaan manajemen kegiatan ekstrakurikuler di SMA Sabiluth Thoyyib mencakup tiga kegiatan, yakni pertemuan dengan stakeholder, koordinator ekstrakurikuler, dan pembina ekstrakurikuler. Selanjutnya, ada seleksi siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan adanya kegiatan ekstrakurikuler wajib, seperti pramuka. 2) Pelaksanaannya dilakukan setiap hari Sabtu untuk ekstrakurikuler wajib dan pilihan. 3) Evaluasi terdiri dari dua kegiatan, yaitu penilaian oleh setiap ekstrakurikuler setiap bulan, setengah semester, dan satu semester. Selain itu, ada rapat evaluasi dari pihak sekolah dengan pembina ekstrakurikuler dan koordinator ekstrakurikuler yang diadakan setiap setengah semester, setiap semester, dan setiap tahun (Ilmiyah Nafi’atul, 2023).

  1. Hasil penelitian Saputra et al (2023) menyatakan bahwa manajemen layanan khusus yang ada di Sekolah dasarnya dibuat untuk mempermudah atau memperlancar kegiatan peserta didik, serta untuk memenuhi kebutuhan khusus peserta didik di sekolah. Manajemen layanan khusus sangat penting di sekolah bagi peserta didik contohnya, layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin, layanan Kesehatan, layanan transportasi dan layanan asrama.
  2. Hasil penelitian Nur Laila et al (2023) menunjukkan adanya program kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan oleh pihak sekolah yang bertujuan untuk mengasah bakat minat siswa. Adanya struktur organisasi pada setiap jenis kegiatan ekstrakurikuler meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan ekstrakurikuler.
  3. Hasil penelitian Ellyana et al (2024) menjelaskan bahwa manajemen bimbingan dan konseling melibatkan uoaya proaktif dan sistematik untuk memfasilitasi perkembangan optimal individu pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi individu dalam lingkungannya.
  4. Hasil penelitian Hidayah (2019) menyimpulkan bahwa perencanaan manajemen layanan perpustakaan kepada peserta di SD Islam Terpadu Nurul Iman Palembang dilakukan dengan menyediakan infrastruktur berupa Lokasi dan Ruang, Koleksi perpustakaan, pengelola perpustakaan (SDM) dan layanan sirkulasi.
  5. Penelitian Suryana et al (2022) menjelaskan bahwa pengelolaan dalam perpustakaan yang baik akan meningkatkan minat baca pada siswa, karena di jaman sekarang ini minat baca di kalangan pelajar sangat rendah karena terkalahkan oleh perkembangan teknologi. Melalui adanya bantuan perpustakaan, semakin mudah bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan perhatian khusus.
  6. Majid et al (2022) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa salah satu cara melatih dan mengembangkan kemandirian di lingkungan marasah yaitu melalui kegiatan ekstra kurikuler maka dibutuhkan manajemen ekstra kurikuler yang baik untuk mencapai tujuan tersebut.
  7. Hasil penelitian Rohmah (2019) menyatakan bahwa manajemen bimbingan dan konseling menjadi penting dikembangkan untuk melahirkan peserta didik yang berkarakter atau berbudi pekerti yang luhur. Pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang berkarakter pula. Karena itu, penciptaan lingkungan yang kondusif dengan penerapan manajemen bimbingan dan konseling yang sesuai akan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan mutu peserta didik dalam menyerap nilai-nilai moralitas baik di dalam maupun di luar sekolah.

 

 

 

Persamaan dan perbedaan Penelitian yang dilakukan

Persamaan penelitian yang dilakukan ruang lingkupnya sama yaitu tentang Manajemen Pelayanan Khusus pada satuan pendidikan, meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan layanan.

Perbedaan penelitian ini pada lokasi atau satuan pendidikan yang berbeda kajiannya. Sehingga kebaruan dari obyek penelitian juga akan lebih berkembang sebagai bahan kajian selanjutnya. Sehingga akan dapat dipakai sebagai pembanding terkait yang dilakukan sudah sesuai ataukah belum.

C.  Alur Pikir

Masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian ini adalah adanya krisis dalam penanganan yang dilakukan oleh sebagian besar satuan pendidikan yang berkaitan dengan manajemen khususnya dalam penanganan atau manajemen layanan khusus meliputi layanan Perpustakaan, Bimbungan Konseling, dan Ekstra Kurikuler, sebagian besar satuan Pendidikan belum representative sehingga belum mencerminkan kegiatan yang mampu diharapkan membantu pencapaian hasil belajar siswa yang optimal.

Gambar 2.1 Alur Pikir

 

Manajemen layanan khusus di lingkungan sekolah telah ditetapkan dan diatur dengan tujuan untuk mempermudah serta meningkatkan kelancaran proses pembelajaran, sekaligus memenuhi kebutuhan khusus peserta didik di sekolah.

Fungsi dan proses manajemen layanan khusus mencakup beberapa tahapan, yaitu:

  1. Perencanaan: Melibatkan analisis kebutuhan dan penyusunan program layanan khusus.
  2. Pengorganisasian: Terkait dengan pembagian tugas untuk melaksanakan program layanan khusus.
  3. Penggerakan: Melibatkan pengaturan pelaksanaan layanan khusus sehingga dapat berjalan efektif.
  4. Pengawasan: Melibatkan pemantauan program layanan dan evaluasi kinerja program tersebut di sekolah.

Tujuan dari penyelenggaraan layanan khusus ini adalah untuk mendukung pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan di sekolah. Upaya pendidikan di sekolah tidak hanya ditujukan pada aspek kecerdasan saja, melainkan juga bertujuan agar peserta didik dapat meraih kondisi optimal baik dari segi jasmani maupun rohani. Meskipun layanan khusus yang diberikan kepada peserta didik umumnya serupa, namun terdapat variasi dalam pengelolaan dan pemanfaatannya.

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada di satuan Pendidikan berkaitan dengan program atau manajemen layanan khusus disekolah yang secara umum untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya sintak yang jelas untuk mendapatkan Model layanan di suatu instansi pendidkan yang dimulai dari perencanaan yang baik, pengorganisasian yang tepat, pelaksanaan yang optimal, serta pengawasan yang berkelanjutan akan mendapatakan model layanan khusus yang maksima pula.

 

 

 

D.  Pertanyaan Penelitian

  1. Bagaimana Perencanaan Manajemen Layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten?
  2. Bagaimana Pengorganisasian Manajemen Layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten?
  3. Bagaimana Pengorganisasian Manajemen Layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten?
  4. Bagaimana Pengawasan Manajemen Layanan Khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, melibatkan pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian menggunakan penelitian lapangan. Data tersebut dicatat dan diperinci dengan teliti (Abdussamad Zuchri, 2021).

Langkah-langkah penelitian ini menggambarkan metode/cara  penyelidikan ilmiah yang umum, teratur, dan logis. Penerapan pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan data deskriptif. Metode penilaian deskriptif kualitatif ini difokuskan pada permasalahan penelitian, diterapkan berdasarkan fakta, dan dilakukan melalui pengamatan yang terlibat serta wawancara mendalam.

  1. Tempat dan Waktu Penelitian
  2. Tempat Penelitan

Penelitian manajemen layanan khusus ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten, yang merupakan sekolah menengah atas bernuansa Islam di pinggir kota Klaten masuk di wilayah kecamatan Klaten utara,  Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

  1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2024 hingga 20 Mei 2024

 

 

  1. Jadwal Kegiatan pelaksanaan penelitian

Table 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Waktu Penelitian

Nopember 2023

Desember 2023

Januari 2024

Pebruari 2024

Maret 2024

April 2024

Mei 2024

Juni 2024

Pengajuan Judul ,proposal

Xxxxx

 

 

 

 

 

 

 

Bimbingan penyusunan  proposal penelitian dengan Dosen

Pembimbing

 

xxxxx

 

xxxx

 

 

 

 

 

Seminar Proposal Tesis dan

Revisi Proposal

 

 

 

xxxxx

 

 

 

 

Pengumpulan Data dan pengolahan Data

 

 

 

 

xxxx

 

 

 

Menulis Tesis

 

 

 

 

 

xxxx

 

 

Seminar Hasil Penelitian Tesis

 

 

 

 

 

 

xxx

xxxxx

Ujian Tesis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Model Hasil Penelitian
  2. Layanan Bimbingan Konseling yang mampu mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlaq mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara serta diselenggrakan dengan keteladanan, membangun kemauan serta kreatifitas peserta didik.
  3. Layanan Perpustakaan

Perpustakaan mempunyai tugas dan peran serta tanggung jawab dalam membina dan mengembangkan minat baca para personal sekolah dengan menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan membaca serta meningkatkan minat baca. Disamping itu perpustakaan memiliki peran dan tanggung jawab sebagaimana tertuang dalam undang undang perpustakaan nasional terdiri atas standar: a. koleksi perpustakaan; b. sarana dan prasarana; c. pelayanan perpustakaan; d. tenaga perpustakaan; e. penyelenggaraan; dan f. pengelolaan. (2) Standar nasional perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan.

  • Layanan ekstra kurikuler

Sekolah mampu menyiapkan perangkat ekstra kurikuler baik sumber daya manusia dan sarana prasarannya berikut jenisnya untuk meningkatkan prestasi baik akademik dan non akademik. Bermacam fasilitas sekolah untuk mengembangkan bakat dan minat serta kemampuan siswa dikembangkan melalui  ekstra kurikuler yang ada akan mampu membuat peserta didik berkembang potensi diri dan karakternya.

  1. Sumber Data

Dalam riset naturalistik, hanya sumber informasi yang dianggap sebagai sampel, baik itu berupa objek, kejadian, individu, atau situasi yang dapat memberikan data relevan. Pemilihan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan tujuan penelitian. Responden yang dipilih untuk diwawancarai juga dipilih dengan tujuan tertentu. Seringkali, responden diminta untuk merekomendasikan orang lain yang mungkin dapat memberikan informasi tambahan. Proses ini dikenal sebagai snowball sampling yang dilakukan secara bertahap. Metode ini melibatkan langkah-langkah berurutan di mana responden awal merekomendasikan orang lain, dan proses ini berlanjut. Sampling dapat terus dilanjutkan hingga mencapai tingkat redundancy, ketuntasan, atau kejenuhan. Ini berarti bahwa pengumpulan data dapat dianggap sudah memadai ketika tidak ada informasi baru yang dapat diperoleh melalui penggunaan responden tambahan (Abdussamad Zuchri, 2021).

Sumber data dalam penelitian mengacu pada subjek yang menyediakan informasi yang diperlukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, data diartikan sebagai kenyataan yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk membentuk pendapat, keterangan yang akurat, dan bahan yang digunakan untuk penalaran dan penyelidikan. Dengan demikian, sumber data, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, adalah subjek penelitian di mana data diperoleh, dan bisa berupa benda, gerakan, manusia, tempat, dan lain sebagainya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis, yakni sebagai berikut:

  1. Data Primer

Data primer merupakan informasi yang dibuat oleh peneliti dengan tujuan khusus untuk menangani permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam penelitian ini, informasi primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait, seperti Kepala Sekolah, Waka Kurikulum sebagai Koordinator layanan pembelajaran,, Waka Kesiswaan sebagai Koordinator layanan UKS dan Kafetaria, Koordinator Bimbingan Konseling, Koordinator Perpustakaan, Guru Kelas, dan tiga siswa SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Dokumen seperti data empiris, laporan kegiatan layanan khusus, dan lain-lain juga menjadi sumber data primer. Peneliti juga melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan manajemen layanan khusus untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi dari informan membentuk data primer penelitian ini.

  1. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan untuk tujuan selain menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Sumber data sekunder dalam penelitian ini mencakup literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang relevan dengan topik penelitian (Piadana Sidik, 2021).

Dengan mempertimbangkan sumber data, penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari wawancara, dokumentasi, dan observasi pada pihak terkait, serta data sekunder yang bersumber dari literatur dan sumber lain yang terkait dengan penelitian. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode gabungan, meliputi wawancara (interview), observasi (pengamatan), dan dokumentasi.

Jika penelitian melibatkan penggunaan kuesioner atau wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka sumber data disebut responden. Responden adalah individu yang memberikan tanggapan atau menjawab pertanyaan peneliti, baik secara tertulis maupun lisan. Sebaliknya, jika penelitian menggunakan teknik observasi, sumber data dapat berupa benda, gerakan, atau proses tertentu. Sebagai contoh, dalam penelitian ini yaitu mengamati tata ruang layanan khusus perpustakaan, UKS dan kafetaria serta layanan khusus pembelajaran berserta perangkat sarana prasarana yang ada yang mendukung pelaksanaan kegiatan.

  1. Teknik dan Pedoman Pengumpulan Data

Maksud dari suatu penelitian adalah mendapatkan informasi, sehingga langkah pengumpulan data menjadi tahap yang sangat penting dalam rangkaian penelitian. Seorang peneliti yang tengah melakukan penelitian tidak dapat berhasil mengumpulkan data yang diinginkan tanpa memahami dengan baik teknik atau metode yang diterapkan dalam proses pengumpulan data. Pengumpulan data merupakan aspek yang sangat vital dalam suatu penelitian. Pengumpulan data merujuk pada bagaimana seorang peneliti dengan seakurat mungkin menetapkan metode untuk mendapatkan data, yang kemudian diikuti dengan penyusunan alat bantu atau instrumen. Dalam konteks penelitian kualitatif, terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang umumnya digunakan. Beberapa metode tersebut melibatkan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Agar pengumpulan data penelitian sesuai dengan fokus penelitian yang diharapkan maka diperlukan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi (Abdussamad Zuchri, 2021). Berikut ini bentuk tabel beberapa pedoman pengumpulan data :

  1. Pedoman Observasi

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

Fenomena sentral yang diteliti

Sub fenomena yang diteliti

Objek Observasi

Manajemen Layanan Khusus pada SMA Muhammadiyah 1 Klaten

Layanan Khusus Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra Kurikuler

Ruang Perpustakaan, BK, dan Ruang layanan Ekstra Kurikuler

 

 

  1. Pedoman Wawancara

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

Fenomena sentral yang diteliti

Sub fenomena yang diteliti

Objek Wawancara

Manajemen Layanan Khusus pada SMA Muhammadiyah 1 Klaten

Ø  Perencanaan Perpustakaan, BK, Kafetaria, UKS, Pembelajaran

Ø  Organizing perpustakaan, BK, Kafetaria, UKS, Pembelajaran

Ø  Actuating Perpustakaan, BK, Kafetaria, UKS, Pembelajaran

Ø  Controlling Perpustakaan, BK, Kafetaria, UKS, Pembelajaran

Petugas perpustakaan,

Siswa, Guru Mapel dan Guru BK serta Wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan

 

 

  1. Pedoman Dokumentasi

Tabel 3.4 Pedoman Dokumentasi

DOKUMENTASI PERPUSTAKAAN, BK, DAN EKSTRA KURIKULER

DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

Subjek

Nama Dokumen

Ada/ Tidak

Hasil Telaah Dokumen

Ada

Tidak Lengkap

Tidak Ada

Pustakawan

Dokumen perpustakaan

 

 

 

 

 

SK Perpustakaan

 

 

 

 

 

Buku Layanan Administrasi BK

 

 

 

 

 

Pengadaan Barang

 

 

 

 

 

Penghapusan Barang

 

 

 

 

Guru Mata Pelajaran

Penugasan

 

 

 

 

Siswa

Karya Nyata Siswa

 

 

 

 

 

  1. Teknik Wawancara

Wawancara menjadi pilihan teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, teknik ini juga digunakan apabila peneliti menginginkan informasi yang lebih mendalam dari responden. Teknik pengumpulan data ini didasarkan pada laporan diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini, wawancara dilaksanakan baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan secara langsung (bertatap muka) atau dengan menggunakan alat komunikasi. Wawancara terstruktur diaplikasikan ketika peneliti telah memiliki informasi yang pasti tentang kebijakan yayasan terkait dengan penetapan kurikulum pendidikan bagi siswa. Pada jenis wawancara ini, peneliti harus memiliki pedoman atau instrumen penelitian yang berupa pertanyaan tertulis dengan jawaban alternatif yang telah disiapkan sebelumnya. Sementara itu, wawancara tidak terstruktur dilakukan tanpa panduan yang telah disusun secara sistematis dan lengkap. Dalam pelaksanaan wawancara, peneliti cenderung mencatat dan merekam hasil wawancara, kemudian menyimpulkan informasi tersebut. Terkadang, terdapat ketidaksesuaian jawaban antarinforman, sehingga perlu dilakukan verifikasi dengan melibatkan subyek terdahulu untuk memastikan kebenaran atau keabsahan data. Oleh karena itu, wawancara tidak hanya dilakukan satu kali melainkan memerlukan serangkaian pengulangan (Rizal Muhammad, 2022).

  1. Teknik Observasi

Observasi merupakan tindakan sistematis dalam mengamati dan mencatat gejala-gejala yang sedang menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan dua jenis observasi, yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. Pada kedua jenis observasi ini, peneliti secara aktif terlibat dalam kegiatan sehari-hari dengan objek yang diamati, melibatkan keadaan guru dan siswa, serta dinamika kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan penerapan manajemen layanan khusus sekolah, kebijakan, atau elemen yang relevan sebagai sumber data penelitian. Melalui kedua jenis observasi ini, diharapkan data yang diperoleh menjadi lebih komprehensif, akurat, dan mampu memahami makna dari setiap perilaku yang teramati.

Selanjutnya, peneliti akan melakukan pencatatan secara lengkap dan cepat setelah data terkumpul, bertujuan untuk mencegah kemungkinan hilangnya informasi yang relevan. Proses pengumpulan data dilakukan secara kontinu dan dihentikan hanya jika telah mencapai kejenuhan, yaitu ketika tidak ada lagi data baru yang dapat diidentifikasi dalam konteks penelitian. Dengan demikian, penelitian dianggap telah mencapai pemahaman mendalam terhadap topik yang sedang dikaji (Rizal Muhammad, 2022).

  1. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk menggumpulkan data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka, dan gambar, seperti laporan dan keterangan yang dapat mendukung jalannya penelitian. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa studi dokumen menjadi pendukung bagi metode observasi atau wawancara, dan akan lebih meyakinkan atau memiliki kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh dokumentasi berupa foto-foto atau karya tulis.

Penerapan metode dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data melalui analisis dokumen yang berkaitan dengan semua informasi yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan meninjau catatan-catatan yang relevan dan memilihnya berdasarkan kebutuhan penelitian, untuk memperjelas dan memperkaya informasi yang digunakan dalam analisis mendalam. Jenis dokumen yang dieksplorasi melibatkan foto, gambar hidup, sketsa, atau karya seni seperti gambar, patung, film, dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, penelitian ini kemudian menganalisis data melalui teknik interpretasi untuk memahami maknanya. Penggunaan teknik dokumentasi menjadi penting untuk mengumpulkan data yang tidak efektif jika hanya dilakukan melalui wawancara, serta tidak dapat direkam oleh peneliti melalui observasi. Contohnya, data terkait struktur organisasi, kurikulum, dan aspek lainnya yang lebih baik dipelajari melalui dokumentasi (Abdussamad Zuchri, 2021).

  1. Keabsahan Data

Untuk memastikan keabsahan hasil penelitian, dibentuk suatu prosedur yang bertujuan mempertanggungjawabkan kevalidan data, mengingat sulitnya melakukan pengecekan terhadap instrumen penelitian yang dikelola oleh peneliti sendiri. Oleh karena itu, yang akan diperiksa adalah keabsahan data yang dihasilkan.

Dalam penelitian ini, dilakukan uji keabsahan data dengan menerapkan uji kredibilitas atau tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian melalui teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan elemen di luar data itu sendiri untuk tujuan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut. Dalam konteks penelitian kualitatif, triangulasi menjadi cara umum untuk meningkatkan validitas data (Auginan A, 2020).

Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, yang artinya penulis memanfaatkan berbagai metode pengumpulan data yang berbeda untuk mengakses informasi dari sumber yang sama. Dalam konteks ini, triangulasi teknik mengacu pada pendekatan penelitian di mana peneliti memverifikasi data dari berbagai metode pengumpulan data yang digunakan (Faidus Nur, 2021). Hal ini dilakukan untuk memahami manajemen layanan khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

  1. Teknik Analisis Data

Analisis data melibatkan proses menyusun data ke dalam pola, kategori, dan unit dasar yang teratur. Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan pendekatan induktif yang diikuti dengan teknik interaktif yang saling terhubung. Teknik interaktif ini mengacu pada penggabungan model analisis dengan proses pengumpulan data dalam suatu siklus tertentu. Metode penelitian Pendidikan yang digunakan mencakup Kualitatif. Data penelitian dianalisis secara kontinu sampai semua aspek tercakup. Kegiatan analisis data mengikuti model aliran yang telah diusulkan oleh Miles dan Huberman dalam konsep Sugiyono, yang meliputi pengurangan data, tampilan data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Model analisis yang diterapkan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam pandangan Moleong, dimulai dari pengurangan data, tampilan data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi sepanjang penelitian dilakukan.

Menurut Milles & Huberman (1992), dalam proses analisis data kualitatif, terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Alur ini dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Reduksi Data

Reduksi data mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Proses ini terjadi secara terus-menerus selama proyek penelitian kualitatif. Antisipasi terhadap reduksi data dapat terlihat saat penelitian memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih. Selama pengumpulan data, tahapan reduksi selanjutnya berlangsung, seperti membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan membuat memo. Reduksi data atau transformasi ini terus berlanjut setelah penelitian lapangan, hingga laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data bukan hanya merupakan bagian dari analisis, tetapi juga bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi yang tidak perlu, dan mengorganisir data sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data tidak selalu harus dikonseptualisasikan sebagai kuantifikasi, karena data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui berbagai cara, seperti seleksi ketat, ringkasan atau uraian singkat, penggolongan dalam pola yang lebih luas, dan lain sebagainya. Terkadang, data juga dapat diubah menjadi angka atau peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

Reduksi data merupakan bagian dari proses analisis data kualitatif yang melibatkan upaya untuk menyederhanakan, mengelompokkan, dan menghilangkan informasi yang tidak relevan. Hal ini dilakukan agar data menjadi lebih terfokus, menghasilkan informasi yang memiliki makna, dan mempermudah proses penarikan kesimpulan. Mengingat volume besar dan kompleksitas data, tahap reduksi menjadi suatu langkah penting dalam analisis data untuk menangani jumlah dan kompleksitas data yang ada (Adiputra Sudarma, 2021).

  1. Penyajian data

Menyajikan data adalah proses menyusun informasi secara terstruktur untuk memungkinkan peneliti membuat kesimpulan dan merencanakan tindak lanjut. Data yang telah dikumpulkan diorganisir berdasarkan pokok permasalahan dan dipresentasikan dalam bentuk matriks untuk mempermudah identifikasi pola hubungan antara satu data dengan data lainnya. Dengan kata lain, penyajian data adalah kegiatan mengatur informasi sehingga memungkinkan adanya kesimpulan dan langkah-langkah tindakan. Presentasi data kualitatif dapat mengambil bentuk teks naratif, diagram, jaringan, grafik, atau metriks. Semua ini dirancang untuk menyatukan informasi yang tersusun dalam format yang terpadu dan mudah dipahami. Dengan demikian, seorang analis dapat memahami situasi saat ini, serta menentukan apakah dapat menarik kesimpulan yang tepat atau perlu melakukan analisis lebih lanjut sesuai petunjuk yang disajikan oleh penyajian data sebagai alat yang potensial (Adiputra Sudarma, 2021).

  1. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Penarikan kesimpulan, menurut pandangan Miles & Huberman, merupakan hanya sebagian dari suatu aktivitas yang terintegrasi dalam konfigurasi keseluruhan. Kesimpulan tersebut juga terus diverifikasi selama proses penelitian berlangsung. Proses verifikasi ini melibatkan pemikiran yang melintas di benak peneliti saat menulis, melakukan tinjauan ulang pada catatan lapangan, atau bahkan melibatkan diskusi intensif dan pertukaran ide dengan rekan sejawat untuk mencapai kesepakatan bersama. Upaya verifikasi ini mencakup evaluasi kebenaran, ketangguhan, dan relevansi makna yang muncul dari data, yang merupakan indikator validitasnya. Kesimpulan akhir bukan hanya hasil dari proses pengumpulan data, melainkan perlu melibatkan verifikasi agar dapat diakui dan dipertanggungjawabkan. Dalam konteks penelitian kualitatif, kesimpulan ini juga dianggap sebagai temuan baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis data Miles dan Huberman, yang dapat diilustrasikan melalui Gambar 3.1 sebagaimana disajikan oleh Milles & Huberman pada tahun 199

Reduksi Data

Verifikasi

Penyajian

Data

Pengumpulan

Data

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.1 Analisis data (Milles & Huberman, 1992)

Prosedur analisis data kualitatif Miles dan Huberman:

  1. Tahap pertama adalah pengumpulan data, dimana penelitian melibatkan menghimpun informasi dari wawancara, observasi, dan berbagai dokumen yang terorganisir berdasarkan kategori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Proses ini juga mencakup penajaman data melalui pencarian tambahan serta merangkum informasi dari kontak langsung dengan individu, peristiwa, dan situasi di lokasi penelitian. Seleksi dan ringkasan dokumen yang relevan juga termasuk dalam langkah ini.
  2. Setelah data terkumpul, langkah kedua adalah reduksi data. Tujuan dari reduksi data adalah untuk memecahkan masalah, menemukan pola, memberikan makna, atau menjawab pertanyaan penelitian. Proses ini melibatkan penyederhanaan dan pengorganisasian yang sistematis untuk menyoroti aspek penting dari temuan dan maknanya. Hanya informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian yang dipersempit, sedangkan data yang tidak terkait dengan permasalahan penelitian dihapus. Reduksi data bertujuan untuk menyajikan analisis yang tajam, kategorisasi yang jelas, arahan yang jelas, dan pengorganisasian data, memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.
  3. Tahap berikutnya adalah penyajian data, yang dapat berupa teks, gambar, grafik, atau tabel. Fokus penyajian data adalah untuk mengintegrasikan informasi sehingga dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang keadaan yang sedang diinvestigasi. Agar peneliti dapat memahami informasi secara efektif, disarankan untuk membuat narasi, matriks, atau grafik yang mendukung pemahaman data. Tujuannya adalah agar peneliti tetap mengendalikan data dan tidak kehilangan fokus, serta mampu menghindari kesimpulan yang tidak berdasar pada data yang tidak terorganisir. Penting untuk diingat bahwa tampilan data merupakan bagian integral dari analisis data.
  4. Langkah terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan, yang dilakukan sepanjang proses penelitian. Setelah data terkumpul dengan memadai, peneliti membuat kesimpulan sementara, dan setelah data lengkap, kesimpulan akhir ditarik.

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

 

  1. Deskripsi Hasil Penelitian
  2. Profil Sekolah

Didorong oleh rasa tanggung jawab terhadap perkembangan agama Islam dan untuk mempersiapkan kader Muhammadiyah yang fundamental serta dalam rangka mewujudkan tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi seluruh bangsa dan tanah air Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka Pimpinan Cabang Muhammadiyah Klaten Bagian Pendidikan dan Pengajaran berusaha mendirikan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

SMA Muhammadiyah 1 Klaten adalah institusi pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas yang berlokasi di di Jl. Sersan Sadikin No. 89 Klaten. Jawa Tengah. Sekolah ini memiliki lokasi yang sangat strategis di pinggir jalan raya. Saat ini, SMA Muhammadiyah 1 Klaten dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan inisial AM.

SMA Muhammadiyah 1 Klaten didirikan pada tanggal 1 Agustus 1955. Pendirian sekolah ini merupakan hasil prakarsa dan perjuangan tiga anggota perserikatan Muhammadiyah, yaitu Bapak Dwijosungkoyo (Ketua), Bapak Alwi Sudarmo (Sekretaris), dan Bapak Drs. H. Marjuki Mahdy (Bendahara). Kepala Sekolah pertama adalah Bapak Soetarmanto, yang dibantu oleh Bapak Ma’roef.

Berkat kegigihan para pengurus Muhammadiyah Cabang Klaten, pada tanggal 1 Agustus 1963, SMA Muhammadiyah 1 Klaten memperoleh status bersubsidi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 28835/BI/1963 tanggal 27 September 1963, yang berlaku sejak 1 Agustus 1963. Pada awal berdirinya, lokasi proses belajar mengajar SMA Muhammadiyah 1 Klaten berpindah-pindah. Pada tahun 1955/1956 hingga 1961, sekolah berlokasi di belakang Beteng (SD Muhammadiyah depan Masjid Raya Klaten). Kemudian, pada tahun ajaran 1961/1962 hingga 1963/1964, sekolah berpindah ke SMP Muhammadiyah 1 Klaten. Pada tahun ajaran 1964/1965, kembali ke belakang Beteng Klaten, dan tahun ajaran 1965/1966 di gedung tembakau “Lingga Harta Klaten” hingga 1976. Dari tahun ajaran 1968/1969 hingga 1982, sekolah menempati gedung milik A. Kasum (sekarang digunakan oleh SMA Muhammadiyah 13 Kota, Klaten). Sejak tahun 1982 hingga sekarang, SMA Muhammadiyah 1 Klaten menempati gedungnya sendiri di Jl. Sersan Sadikin No. 89 Klaten.

Profil SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun pelajaran 2023/2024

Nomor Statistik Sekolah : 3010031022091, NIS : 300910, NPSN : 20309729,

Status : Swasta, Jumlah siswa keseluruhan 1030 siswa terdiri dari laki-laki : 453, dan perempuan 577 siswa. Jumlah pendidik ada 51 guru dan tenaga kependidikan ada 18 pegawai.

Visi Sekolah

SMA Muhammadiyah 1 Klaten Kabupaten Klaten mempunyai visi sekolah: Terwujudnya Lulusan yang beriman, cerdas, berkarakter, unggul dan peduli lingkungan, yang dirumuskan ke dalam indikator-indikator sebagai berikut:

  1. Taat pada perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya
  2. Patuh pada peraturan sekolah
  3. Berprestasi dalam sekolah
  4. Berprestasi dalam olahraga, seni dan budaya
  5. Memiliki keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan bermasyarakat.

Misi Sekolah

SMA Muhammadiyah 1 Klaten memiliki misi untuk:

  1. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam serta berbudi pekerti luhur
  2. Mengoptimalkan kerjasama antarwarga sekolah dengan orang tua/wali siswa dan masyarakat
  3. Meningkatkan minat baca dan bimbingan pembelajaran
  4. Meningkatkan prestasi dalam olah raga, seni dan budaya
  5. Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keterampilan

Tujuan Sekolah

Penyelenggaraan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten memiliki tujuan untuk:

  1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam berbagai kegiatan
  2. Menegakkan kepatuhan pada Tata Tertib Sekolah dan Muhammadiyah
  3. Meningkatkan minat baca siswa dan pencapaian tingkat ketuntasan belajar serta daya serap
  4. Meningkatkan potensi keolahragaan, seni dan budaya
  5. Meningkatkan keterampilan sesuai dengan potensi dan minat yang dimiliki oleh siswa
  6. Hasil Penelitian
  7. Perencanaan Manajemen Layanan Khusus Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra kurikuler SMA Muhammadiyah 1 Klaten
  • Perencanaan layanan perpustakaan, dimaksudkan untuk membantu memenuhi kebutuhan informasi pengguna dengan cepat, tepat, dan akurat, yaitu melalui penyediaan bahan pustaka dan fasilitas penelusurannya.

Upaya ini diharapkan mampu memberikan kepuasan pengguna terhadap informasi yang disediakan. Hal ini akan menentukan citra baik atau buruknya perpustakaan, yaitu melalui layanan yang diberikan kepada peserta didik. Jika peserta didik merasa puas dengan layanan yang diberikan, mereka akan terdorong untuk kembali menggunakan perpustakaan. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan pengguna menjadi tolok ukur keberhasilan. Oleh karena itu, layanan perpustakaan berfokus pada kepuasan pengguna.

Pendidikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan perpustakaan sekolah, yang merupakan unit layanan penting dalam mendukung proses belajar-mengajar. Perpustakaan sekolah juga menyediakan layanan rekreatif melalui koleksi buku dan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk itu kegiatan pelayanan perpustakaaan dilakukan dengan serangkaian perencanaan yang melibatkan komponen sekolah berkoordinasi dan melakukan penyesuaian dan  penyusunan program layanan agar mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

 Visi : “ Mencerdaskan warga sekolah (pemustaka) menjadi berprestasi dan berakhlaq Mulia “

Misi :

  1. Menyediakan layanan pemustaka bagi pemustaka
  2. Mendorong minat baca serta menumbuhakembangkan minat dan budaya baca
  3. Menyediakan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
  4. Menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman, menarik dan menyenangkan

Kegiatan di awal tahun selalu dilakukan perencanaan pengelola keseluruhan program sekolah termasuk diantaranya Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra kurikuler seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah :

“Jadi di awal tahun kita melakukan pertemuan secara keseluruhan semua wakil diminta untuk membuat program dan kami berikan SK penunjukan untuk tugas tersebut agar lebih terarah dan memberikan tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan tugas masing-masing. Program kerja program kerja itu akan di breakdown masing-masing, tetapi kita kerjakan bersama-sama sehingga semua sudah terjadwal semua sudah terukur, kita lakukan secara bersama-sama

Hal senada juga diungkapkan  oleh narasumber lain dari biro Bimbingan konseling yang dilibatkan dalam hal perencanaan beliau menyampaikan sebagai berikut :

“Iya dilibatkan, karena dalam penyusunan program itu perlu adanya banyak pihak yang terlibat untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa agar mampu berkembang dengan maksimal. Seperti penyusunan program tahunan, semesteran, program P5, dsb. Kita bersinergi untuk memberikan suatu gambaran bagaimana ke depan memiliki peran jadi di awal itu kan adanya koordinasi dulu koordinasi guru dan karyawan itu. Sebelum awal pembelajaran kita membagikan daftar nama dan kita menganalisis kebutuhan ya kita kan sudah dibagi guru ini nanti bagiannya kelas apa?”

Tanggapan lain yang menguatkan disampaikan oleh narasumber dari Bimbingan Konseling juga adalah

“Ya saya kira untuk perencanaan saya kira cukup jauh. Kan yang harus ada kontribusi dari sekolah memberikan. Juga ada struktur organisasinya ada spesifikasi tugas dan SOP atau job diskripsi tugas itu bagian dari perencanaan layanan BK”

Hal senada juga diungkapkan oleh narasumber bagian kesiswaan  keterlibatan perencanaan program layanan akan pentingnya berkomunukasi, koordinasi dan berkolaborasi:

”Alhamdulillah Ya, setiap penyusunan program selalu koordinasi, sehingga program ekstra kurikuler program dapat berjalan dengan baik perlu adanya kolaborasi”

Lebih jauh dalam kegiatan perencanaan kepala sekolah menyampaikan program sekolah harus sesuai dengan visi misi sekolah :

“Semua layanan yang kita lakukan itu arahnya terbentuknya atau tercapainya atau terwujudnya Visi SMA kita Visi SMA Muhammadiyah satu klaten itu, agar terwujud lulusan yang Beriman Cerdas Berkarakter Unggul dan Peduli Lingkungan Sehingga Semua muaranya ke sana ada kekeluargaan, kerjasama, disiplin dan etos kerja yang kuat. Sehingga arahnya, Apapun yang kita lakukan Harapannya Visi itu bisa tercapai Sehingga lulusan kita betul-betul Menjadi orang yang beriman Cerdas berkarakter, Unggul dan peduli lingkungan”.

Dengan menggingat kembali dan atau mereview akan visi misi dan tujuan sekolah yang di breakdown ke dalam visi misi layanan yang ada akan lebih memberikan arah perjalanan program sekolah. Beberapa hal yang menggambarkan tentang program sekolah dari berbagai layanan khusus di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dapat diungkapkan nara sumber diantaranya :

Dari Biro perpustakaan menyampaikan perencanaan layanan agar memberikan pelayanan prima pada pengunjung perpustakan perlu adanya pembagian tugas layanan dan jadwal layanan yang tertuang dalam struktur organisasinya diungakapkan :

Ya kalau khusus untuk pelayanan perpustakaan yang yang spesifik khususnya dari saya kadang ada anak-anak besar adik-adik yang mencarikan mencarikan khususnya buku ini ada juga yang mencarikan, mencarikan ilmu pengantar tangani itu ada lebih ke referensi referensi mencari makalah atau mencari jurnal dari perpustakaan kadang-kadang ada yang minta untuk mencari artikel juga ada”.

Hal senada diungkapkan oleh narasember lain tentang jadwal layanan :

“Kurikulum sudah mulai kurikulum nasional yang menguatkan literasi maksudnya dia harus dikuatkan lagi tapi secara umum sudah bisa berjalan untuk pelayanan minimal untuk perpustakaan pelayanan perpustakaan sudah jalan dengan menyiapkan buku yang diperlukan oleh guru dan siswa. Seperti  dulu yang sudah pernah ada terjadwal kunjungan untuk hari Sabtu dan saat ini sudah berjalan lagi. kemudian saat ini terjadwal pada hari Kamis dan Jumat”

Kegiatan perencanaaan lain yang dilakukan oleh Biro perpustakaan terkait penelusuran bakat minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler  diungkapkan bahwa :

“Kemudian untuk mengetahui bakat minat anak khususnya di kegiatan yang non-akademis Itu kita mulai menggali ketika di awal tahun ajaran baru. Jadi setelah siswa masuk pertama kemudian di awali dengan kegiatan MPLS.Setelah MPLS itu kemudian kita di ada kegiatan puncaknya itu ada penelusuran bakat minat namanya Ekstra Show Ekstra Show itu adalah kegiatan ekstra yang menampilkan semua seluruh cabang ekstra Di depan anak-anak kelas 10”.

Lain dengan biro bimbingan konseling melakukan perencanaan di awal tahun pelajaran hampir mirip untuk menyelenggaraakan persiapan dalam penjurusan tersebut diungkapkan oleh narasumber :

“ Yang di awal kegiatan kita memberikan assessment itu kita pakai instrumen dan lain sebagainya. Kemudian kalau di awal itu kita mengadakan sosialisasi, jadi bekerja sama dengan waka kesiswaan sesuai itu nanti keterkaitannya dengan melakukan pendataan atau pengelompokan bidang belajar yaitu dari kelompok ABC dan D untuk pemberian informasi kepada orang tua bahwa ada kelompok A sampai D. Kerjasama antara guru BK dengan waka kurikulum. Jadi dari situ nanti orang tua kan sudah tahu mengarahkan anak masuknya di kelompok apa itu memang selain berpedoman pada nilai mapel itu yang paling tertinggi yang mana dimana anak ke kelompok mana itu nanti juga dilihat dari saran dari orang tua lebih ke kelompok apa. Setelah adanya sosialisasi pasti orang tua itu ada gambaran dan bisa mengarahkan anak masuk pada kelompok mana”.

Hal lain yang dilakukan saat kegiatan awal tahun adalah merefleksikan kegiatan kerjasama untuk mensukseskan pencapaian visi sekolah dengan melakukan perjanjian dengan pihak luar seperti yang disampaikan oleh narasumber :

“Tapi kalau nanti butuh tenaga ahli kita ambilkan dari dari luar kita kerjasama dengan KONI kalau yang penghafal Al-Qur’an ya kita kerjasama dengan PONDOK yang memandu, ya istilahnya punya lisensi Ustadz untuk bisa memandu secara baik penghafalan Al-Qur’an”.

Serupa dengan yang disampaikan di atas diungkapkan jga oleh narasumber lain terkait perjanjian tersebut adalah :

“Kerjasama sekolah pernah dilakukan dengan bekerjasama dengan fihak luar sekolah, misalnya dengan KONI Klaten”.

Sekolah selalu melakukan pemantauan kegiatan termasuk melakukan pemihakan pembiayaan dari program kegiatan yang timbul sebagai bagian dari tugas sekolah terkait beberapa program kegiatan utamanya dari layanan khusus  seperti yang disampaikan oleh narasumber sebagai berikut :

Jadi setelah program-program itu disusun tentu saja termasuk biaya yang dibutuhkan nanti, dijadikan sebagai bahan dari penyusunan RAPBS. Di masing-masing RAPBS sekolah sehingga harapannya nanti masing-masing bidang yang tadi menangani itu sudah punya perencanaan Apa yang dibutuhkan dari segi kegiatan sampai ke pembiayaan Sehingga nanti semua, semua biaya itu akan di cover dimasukkan dalam RAPBS sekolah dan selulu ada komunikasi dan sosialisasi terkait penyelengggraan  layanan ini. Dan juga dengan adanya SOP SOP atau juklak dan juknis yang harus disosialisasikan untuk ditaati”.

 

 

 

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat peneliti simpulkan bahwa di dalam usaha perencanaan program sekolah di awal tahun pelajaran sekolah melalui Kepaala sekolah  menginisiasi untuk melakukan koordinasi  bersama stakeholder sekolah untuk melakukan perencanaan program sekolah mereview visi dan misi yang akan diwujudkan bersama melalui serangkain program kegiatannya. Kegiatan perencanaan pada program layanan khususnya pada biro Perpustakaan, Bimbingan konseling dan Ekstra kurikuler antara lain : penyampaian program perencanan, penusunan program, membuat ladwal layanan dan penelusuraan bakat dan minat bagi siswa, serta pendataan siswa, membuat kesepakatan dengan pihak luar untuk pelaksanaan ekstra kurikuler, serta penyusunan RAPBS untuk pembiayaan

 

  1. Pengorganisasian Manajemen Layanan Khusus Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra kurikuler SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

Pengorganisasian adalah proses membentuk struktur organisasi yang selaras dengan tujuan, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan sekitarnya. Sebuah organisasi dapat dipahami sebagai pola hubungan yang kompleks dan saling berhubungan secara bersamaan, yang diarahkan oleh manajer untuk mencapai tujuan bersama. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang datang setelah perencanaan. Ini adalah fungsi yang menyinkronkan dan mengombinasikan sumber daya manusia, fisik, dan finansial. Ketiga sumber daya ini sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, fungsi pengorganisasian berperan penting dalam mencapai hasil yang diharapkan dan perlu diperhatikan dengan serius.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten berkaitan dengan kegiatan pengorganisasian kegiatan layanan khusus sekolah untuk membagi pekerjaan agar berdaya guna dan berhasil guna didapatkan hasil dari beberapa narasumber mengungkapkan bahwa kegiatan pembagian tugas sangat diperlkan yang dikuatkan sdengan adanya penerbitan surat keputusan kepala sekolah :

Alhamdulillah Ya, dibuktikan adanya SK pemberian tugas, dan adanya disposisi jika ada tugas yang harus dikerjakan. Jadi kalau secara SK itu kan Saya di bagian staff Kesiswaan Khusus di Tidak Pengembangan non-akademik Artinya termasuk di dalamnya adalah kegiatan ekstrakurikuler”.

Hal senada juga diungkapkan oleh narasumber lain akan pentingnya surat keputusan itu untuk menguatkan kinerja dengan pembagian tugas tim perumus yang sesuai dengan kompetensi melalui uji kelayakan atau persyaratan tertentu :

“InsyaAllah menerima, karena sudah melalui tahap seleksi oleh pimpinan”.

Lebih lanjut untuk kegiaan bimbigan konseling dalam pengorganisasian kegiatan layanannya juga melakukan perumusan pengorganisasian untuk mensupport hasil maksimal program bimbingan konseling dengan melibatkan wakil kepala dan orang tua seperti diungkapkan sebagai berikut :

Kalau mengorganisasikan dan berdasar dari perencanaan yang sudah disampaikan yang saya tangkap ada 2 hal yang untuk internal kerja sama berkontribusi atau memberikan suatu peluang pada pihak pihak terkait di sekolah yaitu wakil kepala urusan kesiswaan dan kurikulum serta humas. Misalnya dulu yang selaku pengajar dan siswa sebagai pemanfaatan layanan itu untuk berkontribusi dalam pada pengorganisasian dan dari luar tadi sampaikan jelas orang tua. Sedangkan  faktor lainnya semua pasti harus ada untuk kegiatan sosialisasi dalam hal ini adalah orang tua siswa ini terkait dengan pelayanan seperti apa agar ada sinergi ya dengan orang tua dan orang tua juga mempunyai peran”.

Hal ini juga perlu ditunjang juga dengan adanya sarana prasarana yang cukup dan baik untuk kegiatan layanan dalam pengorganisasian seperti yang diungkapkan oleh narasumber penyedia layanan perpustakaan  sebagai berikut :

Tujuannya yang mau dicapai, jangka panjang juga, untuk memudahkan pengolahan, pemrosesan baik peminjaman dan pengembalian buku dan lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga serta biaya, nah untuk sarana prasarana biasanya ada yang mengurusi dari waka sarpras sekolah untuk kami mengajukan proposal untuk melengkapi lay out peprustakaan agar tampak menarik dan menyenangkan begitu”.

Berdasarkan keterangan narasumber yang ada untuk pengorganisasian dapat kami simpulkan bahwa peneliti melihat bahwa di SMA Muhammadiyah 1 Klaten dalam menyelaskan perencanaan seseuai visi misi sekolah dengan membuat pembagian tugas yang dituangkan dalam surat keterangan atau SK penugasan dalam tim suatu organisasi da\n melakukan perumusan kegiatan salah satunya dengan menyelenggarakan atau melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan untuk progam layanan  sekolah.

 

  1. Pelaksanaan Manajemen Layanan Khusus Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra kurikuler SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

Tahap pelaksanaan adalah tahap menjalankan rencana yang telah dibuat dengan menggunakan berbagai kebijakan, strategi, dan kegiatan yang terarah. Dalam tahap ini, sumber daya manusia dan berbagai fasilitas dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Program pelaksanaan adalah langkah lanjutan dari rencana yang sudah dibuat. Dalam perencanaan BK dan Perpustakaan, setiap satuan pendidikan perlu menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan sebagai bagian integral dari keseluruhan sekolah. Penyusunan program ini dilakukan melalui musyawarah bersama para pemangku kepentingan dan lainnya. Program inilah yang akan menjadi panduan pelaksanaan layanan BK dan Perpustakaan di sekolah tersebut.

Kegiatan pelaksanaan BK dan Perpustakaan di satuan pendidikan adalah layanan yang diberikan oleh tenaga profesional kepada peserta didik melalui interaksi langsung, terkait dengan kebutuhan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

  1. Pengawasan Manajemen Layanan Khusus Perpustakaan, Bimbingan Konseling dan Ekstra kurikuler SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
  2. Pembahasan Temuan

 

  1. Keterbatasan Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad Zuchri. (2021). Buku-Metode-Penelitian-Kualitatif.

Achadi Budi, & Sukirman. (2022). Strategi Manajemen Perpustakaan Digital untuk Meningkatkan Kualitas Akademik.

Adiputra Sudarma. (2021). Book Chapter_Metodologi Penelitian Kesehatan.

Al Hakim Irfan. (2020). Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Di Madrasah.

Amaliyan Septa.Ikhbal.M. (2018). Manajemen Layanan perpustakaan di SMP.

Anwar, S., Maskur, S., & Jailani, M. (2019a). Manajemen perpustakaan. Zahen Publisher.

Anwar, S., Maskur, S., & Jailani, M. (2019b). Manajemen perpustakaan. Zahen Publisher.

Auginan A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat. In Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat (Vol. 12).

Ellyana, A., Imama, H. N., Romzah, N. S., & Hidayat, R. (2024). Manajemen Layanan Khusus Bimbingan Konseling Di Smk Negeri 6 Jember. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)1(2), 230-238.

Faidus Nur. (2021). Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Self Control Siswa pada Masa pandemi Covid-19 di Madrasah Aliyah Huffadh Al-Itqoniyah Majapura Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

Gunawan, A., Chakti, R., Gusti, A., Perpustakaan, T., Katalog, N. :, & Terbitan, D. (2017). Manajemen Pendidikan.

Hidayah, N. (2019). Manajemen Layanan Perpustakaan untuk Peserta Didik di SD Islam Terpadu Nurul Iman Palembang. Studia Manageria1(2), 119-132.

Hendra, R., Kaum, L., Tanah Datar, K., Turrahmi, M., & Datar, K. T. (2022a). Education Special Services Management Manajemen Layanan Khusus Pendidikan. 2(3).

Hendra, R., Kaum, L., Tanah Datar, K., Turrahmi, M., & Datar, K. T. (2022b). Education Special Services Management Manajemen Layanan Khusus Pendidikan. 2(3).

Ifani.Nur.R. (2019). Administrasi Layanan Khusus.

Ilmiyah Nafi’atul. (2023). Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Meningkatkan Prestasi  Non Akademik di SMA Sabiluth Thoyyib Pasuruan.

Lindriany Julita. (2023). Manajemen Layanan Khusus Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sma Muhammadiyah Tanjung Redeb Kabupaten Berau.

Majid, A., Khusaini, A., Harahap, N., & Murtafiah, N. H. (2022). Manajemen Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa. Jurnal Mubtadiin8(02).

Norhadiana, N. (2021). Optimalisasi Program Layanan Khusus di Sekolah Untuk Peningkatan Kualitas Peserta Didik. Journal of Practice Learning and Educational Development, 1(1), 22–28. https://doi.org/10.58737/jpled.v1i1.16

Nur Laiila, N. L. K., Fathurrohman, W. F., Amaliyah, A. A., & Hidayat, R. H. (2023). Manajemen Layanan Khusus Ekstrakulikuler di SMP Science Quran Al Irsyad Al Islamiyyah Jember. JMPI: Jurnal Manajemen, Pendidikan Dan Pemikiran Islam1(2), 101–115. Retrieved from https://journal.as-salafiyah.id/index.php/jmpi/article/view/38

Octavia, S. A. (2019). Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling Di Sekolah/Madrasah. Deepublish.

Piadana Sidik. (2021). Metode-Penelitian-Kuantitatif.

Rafsanjani, A., Wibowo Sembiring, A., Yunita, E., Islam Negeri Sumatera Utara, U., William Iskandar Ps, J. V, Estate, M., Percut Sei Tuan, K., Deli Serdang, K., & Utara, S. (2023). Pentingnya Layanan Khusus di Sekolah dalam Menunjang Pembelajaran Peserta Didik. Journal on Education, 05(03), 6920–6927.

Rizal Muhammad. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Rodin Roni, A. H. L. T. (2022). Manajemen Perpustakaan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 kabupaten Musirawas.

Rohmah, R. (2019). Urgensi manajemen bimbingan konseling dalam melahirkan peserta didik berkarakter. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia4(1), 102-115.

Saputra Agus. (2022). Pentingnya Manajemen Layanan Khusus di Sekolah Bagi Peserta Didik. Tugas Mata Kuliah Mahasiswa, 1-11.

Sukirman. (2023). Buku Manajemen Pendidikan Mutu Terpadu.

Sukirman. Fayakun, T. K., Kun, T., Penyunting, F., Fayakun, K., Kidul, G., & Jombang, S. N. (2022). Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran.

Suminingsih. (2019). Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Upaya  Meningkatkan Mutu Belajar.

Suryana, F. I. F., Lahera, T., & Windayana, H. (2022). Pengelolaan Layanan Perpustakaan Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa SD. Naturalistic: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran7(1), 1310-1317.

Susanti, H. (2021). Manajemen Pendidikan, Tenaga Kependidikan, Standar Pendidik, dan Mutu Pendidikan. Asatiza: Jurnal Pendidikan, 2(1), 33–48. https://doi.org/10.46963/asatiza.v2i1.254

Utami, N., Negeri, I., Tulungagung, A. R., Aditia, M. Y., & Asiyah, B. N. (2023). Penerapan Manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating Dan Controlling) Pada Usaha Dawet Semar Di Kabupaten Blitar. In Jurnal Penelitian Ekonomi Manajemen dan Bisnis (JEKOMBIS) (Vol. 2, Issue 2).

Widhiastuti, H. (2018). Fungsi Manajemen Perpustakaan Dalam Membangun Masyarakat Belajar Di Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Ponorogo Tesis Oleh.

Zulkarnain, W. (2022a). Manajemen layanan khusus di sekolah. Bumi Aksara.

Zulkarnain, W. (2022b). Manajemen layanan khusus di sekolah. Bumi Aksara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan