banner 468x60

PENELITI SENIOR EWRC INDONESIA, DR DADANG SUHARDI : EKSPOR MENINGKAT, CADANGAN DEVISA TAMBAH EKONOMI KUAT.

 Ekonomi
banner 468x60
PENELITI SENIOR EWRC INDONESIA, DR DADANG SUHARDI : EKSPOR MENINGKAT, CADANGAN DEVISA TAMBAH EKONOMI KUAT.

 

Kuningan(arwiranews.com) Pemerintah harus menekankan pentingnya mengurangi impor dan meningkatkan ekspor sebagai strategi kebijakan untuk memperkuat cadangan devisa agar ekonomi Indonesia semakin kuat dan meningkat dalam menghadapi ketidakpastian global seperti saat ini. Bila tidak rajin impor, terutama untuk barang konsumsi pangan, cadangan devisa Indonesia dipastikan akan jauh lebih besar dari yang ada sekarang.

Peneliti senior Eko Wiratno Research and Consulting(EWRC), Dr Dadang Suhardi menanggapi keterangan Bank Indonesia tentang cadangan devisa Juni 2021 mengatakan, pemerintah perlu memanfaatkan masa pandemi untuk memperbaiki struktur produksi dalam negeri sehingga bisa menghasilkan surplus perdagangan luar negeri barang dan jasa yang nyata. Surplus selama pandemi dinilai akibat dari rendahnya impor bahan baku dan konsumsi yang tidak mencerminkan surplus perdagangan luar negeri secara nyata.

Menurutnya, masalah besar ekonomi Tanah Air adalah tingginya utang dan rendahnya ekpsor barang dan jasa. “Seperti cadangan devisa kita itu kalau diperiksa kan akan terlihat berapa yang dari utang. Kalau mau sehat, ya semestinya cadangan devisa dari ekspor,” kata  Dadang Suhardi yang juga Dosen Universitas Kuningan ini ketika dihubungi, Kamis (8/7/2021).

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2021 tercatat sebesar 137,1 miliar dollar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2021 sebesar 136,4 miliar dollar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 

Dari Klaten dilaporkan, Pendiri EWRC Eko Wiratno mengatakan, impor pangan dampaknya cukup banyak dan dalam. Impor pangan akan menekan pendapatan dan kesejahteraan produsen dalam negeri. Impor juga akan menekan produksi dalam negeri dan memperdalam ketergantungan pada produk dan negara lain. Karena itu, ia berpesan agar pemerintah sangat berhati-hati dalam impor pangan.

Ia mengungkapkan pangan yang dialokasikan untuk kelompok rentan seperti pangan subsidi atau kalau dulu disebut raskin, ternyata itu hasil impor. “Hal ini tentu saja sangat menguras cadangan devisa kita,” tegasnya.

Uang yang harusnya berputar, diterima, dan dimanfaatkan oleh petani dalam negeri justru keluar dan dinikmati petani dari negara lain. Andai saja perputaran itu ada di dalam negeri hal ini tidak hanya meningkatkan derajat kehidupan petani, namun juga memperkuat produksi dan ketahanan pangan bahkan mendorong ekspor. Selain itu, uang yang berputar di dalam negeri akan menghasilkan pajak yang berkali-kali.

Dengan besarnya uang negara yang lari ke luar negeri selain memperbesar keuntungan negara lain, juga kerap kali menjadi ajang bagi-bagi kue oleh kelompok tertentu terutama mafia impor yang mempraktikan praktik korupsi di dalamnya.

 

 

banner 468x60

Author: 

Related Posts

Tinggalkan Balasan