Dari hasil olahan kripik bonggolnya tersebut, wanita dua anak itu mampu meraup omset hingga Rp 10 juta perbulannya. Menurut Mia sapaan akrabnya, awalnya dirinya sangat gemar membuat kue kering.

“Awalnya saya buat cuma sedikit karena penasaran saja, apa bisa dijadikan keripik. Dan kebetulan di sekitar rumah saya banyak sekali bonggol pisang,” ungkap Munarsih, saat ditemui dirumahnya(Senin, 01/06)

Mia menjelaskan, cara mengolah kripik debog ini pertama kali dikupas sampai ke umbi utama. Lalu dipotong tipis-tipis, direndam air selama 24 jam.

“Setelah dikupas, bonggol kemudian diberi bumbu seperti garam, bawang putih, kunyit, ketumbar dan daun jeruk. Bumbu yang sudah dihaluskan lalu dicampur tepung beras dan diberi air. Irisan debog dicelupkan dalam adonan bumbu, lalu digoreng di minyak yang panasnya mencapai 200 derajat celcius,” ujarnya.

Setelah jadi, Mia masih khawatir kripik debog tersebut tidak enak dan beracun, jadinya Mia memakan sendiri hasil olahan kripiknya.

“Awalnya hasilnya saya makan sendiri karena takutnya gak enak atau malah beracun. Kemudian karena ternyata rasanya enak dan tidak berefek apa-apa saya tawarkan ke ibu-ibu sekitar rumah dan ternyata pada suka. Bahkan banyak yang tidak percaya kalau kripik ini saya buat dari debog,” jelasnya sambil menawarkan kripik untuk dicicipi.

Sejak saat itulah, keripik debog buatan Munarsih(Mia) ini mulai mendapat banyak pesanan. Tidak hanya itu, olahan yang sudah siap itupun dikemas kembali dalam aluminium foil.

Dalam sebulan, Umi mampu memproduksi 100 kg keripik debog. Olahan tersebut dikemas dalam dua takaran yakni berat 100 gr seharga Rp 10.000 dan berat 250 gr dengan harga Rp 25 ribu.

Dari usaha keripik debog ini, Mia bisa meraup keuntungan lumayan, dia melayani pesanan dari berbagai daerah seperti Batam, Cilacap, Kediri, Cikarang, Kudus, Papua, dan kota-kota yang lain.

CP. Bu Munarsih(Mia) HP 0857 0248 5964